Bukit Effendi: Saatnya Menjadi Orang Baik

.-

Kuliah tujuh menit (kultum) seusai salat subuh berjamaah, Minggu (29/10/2023) pagi di Perumnas RW V Kecamatan Blora berlangsung dengan suasana penuh pencerahan keimanan dan motivasi kelangitan
Kultum disampaikan oleh Bukit Effendi yang sering dijuluki ustaz pujangga. Mengingat setiap tampil selalu memberi tausiah, selalu diselipkan jenaka dan relegius yang bisa menghibur dan memberi spirit para .
Namun untuk kali ini dalam memberi kultum yang bertema “Saatnya Menjadi Orang Baik”. Ia tidak menyampaikan pantun tetapi mengukap kata bijak dari H. Bacharuddin Jusuf Habibie Presiden Indonesia ketiga, yaitu “Keburukan orang lain cukup hanya sampai ditelingamu saja.Jangan sampai terucap di lisanmu. Apalagi sampai kau tulis di media”
Ungkapan tersebut sangat tepat bila dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari di tahun saat ini.
Apalagi menurut Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Republik Indonesia mencatat telah terjadi tren peningkatan hoaks terkait isu pemilian umum () sepanjang 2023.
Peningkatan berita hampir 10 kali lipat isu berita hoaks dibanding tahun 2022.Kondisi yang demikian ini pasti akan menimbulkan keresahaan dan kondisi yang kurang kondusif di masyarakat.
Sehingga sangat tepat kalau sekarang ini saatnya untuk belajar menjadi orang baik. “Seorang muslim yang baik adalah orang yang mampu menjadi manfaat bagi sesama umat dan istiqomah dalam beribadah,” tuturnya.
Bersih dari penyakit hati. Bersikap jujur, iklhas, sabar dalam menghadapi kehidupan dan peduli kepada kaum yang belum beruntung.
Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri.Dan Jika kamu berbuat jahat,maka kerugian kejahatan itu untuk dirimu sendiri (QS.Al-Isra:7).
Ada lima tanda orang baik dan bijak, Pertama, Wajhu Mumbasyar (Wajah yang senantiasa menggembirakan). Dia memiliki penampilan diri yang menyenangkan bila dipandang, murah senyum, hangat percakapan dan kehadirannya senantiasa dirindukan.
“Kedua, Lisanun Na'imah (tutur bahasa yang indah). Dia memiliki bahasa yang indah meskipun sederhana, mudah dipahami dan tidak membuat orang tersinggung,” lanjutnya.
Ketiga Qolbur Rahmah (hati yang menyenangkan). Hati adalah cerminan sikap pribadi seseorang.Sikap dan perilakunya memberikan rahmat bagi sekitarnya. Kehadirannya memberi manfaat,kata-kata yang terucap berfaedah buat yang mendengarnya.
Keempat, Shodrul Muftihah (lapang dada). Jiwanya terbuka, jujur, berterus terang dan bertoleransi. Arif menghadapi suasa gembira dan sedih,bijaksana dalam mengambil keputusan.
Lima, Yadul Muftihah (tangan yang senantiasa terbuka). Dia senang membantu siapa saja, bahkan tanpa perlu dimintapun dia akan peka untuk membantu.
“Semoga kita semua selalu dalam keadaan , sabar, iklhas, bersyukur serta istiqomah dalam ketaatan menjalankan perintahNya,” katanya.
Akhirnya ustad pujangga mengajak seluruh jemaah yang hadir, janganlah berpikir untuk sempurna tetapi berpikirlah untuk berguna bagi sesama umat manusia (hairunnas anfauhum linnas) terutama yang saat ini masih banyak saudara saudara kita yang menderita dan duafa. (*).

Baca Juga:  Rekonsiliasi, Penambang Pertanyakan Tanggungjawab BPE