OPINI  

Social Climber dan Tipu-Tipu Kemewahan

adalah sebuah istilah yang merujuk kepada orang yang menggunakan pertemanannya dengan orang lain guna meningkatkan sosialnya.
Mereka akan berteman terutama dengan orang yang diyakini memiliki status yang cenderung .

Social Climber yang dicetuskan oleh Wood (2006), sebuah sebutan untuk orang yang mencari pengakuan sosial yang lebih tinggi dari kondisi atau status yang sebenarnya.

Social climber itu sendiri diterjemahkan sebagai usaha yang dilakukan untuk mencitrakan dirinya sebagai orang yang mempunyai tinggi. Untuk itu, maka social climber akan selalu berusaha melakukan berbagai cara dengan mengunggah foto, tulisan, dan sebagainya di media sosial.

Mochamad Mansur, S.H., M.H (Ketua DPC Peradi Bojonegoro)

Istilah seorang Social Climber kembali mencuat seiring dengan ramainya pemberitaan di .

Baca Juga:  Harimau Milenial

Social climber disini bukan sebatas memanfaatkan sosial media sebagai eksistensi diri, namun mendongkrak popularitas demi pengakuan atas status sosial yang lebih tinggi di tengah publik. Tentu, tujuannya adalah membangun kepercayaan bahwa dirinya sangat dibutuhkan orang lain, terutama terkait bisnis. Lebih lanjut, social climber bisa jadi tidak sebatas _influencer_ media promosi bisnis orang lain, namun menahbiskan diri sebagai wadah tepat untuk investasi.

Demi melancarkan visi misinya, social climber pun tak segan melakukan berbagai strategi post truth (Steve Tesich, 1992) melalui tipu-tipu di media sosial. Secara ekstrem, social climber pun menjadi sebuah “si miskin yang ingin terlihat kaya di ”.
Social climber diberikan kepada orang-orang yang suka memamerkan segala sesuatu yang ia punya, entah itu gawai terbaru, liburan ke tempat mewah, dan lain sebagainya. Hal ini ia lakukan hanya  untuk menaikkan status sosial diri.
*

Baca Juga:  Mencari Kawan-kawan Lamanya, Camat Padangan Blusukan di Desa Kalangan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *