OPINI  

Harimau Milenial

Oleh: Azhar
Pemerhati satwa liar Aceh

BERAPA jumlah populasi harimau di Sumatera saat ini? Sulit menjawab pertanyaan tersebut. Mungkin jawabannya diperkecil; Harimau Sumatera diketahui jumlah populasinya hanya di beberapa blok hutan, seperti di Teso Nilo Riau, Bukit Barisan Selatan di Lampung dan Leuser.
Hanya ini yang mampu dianalisis oleh harimau. Kenapa hal ini terjadi, jawabnya mungkin sederhana, yakni sedikit penelitian tentang harimau di Indonesia hingga khazanah ilmu harimau kurang diminati. Juga rendahnya minat para ahli biologi di Indonesia untuk terlibat dalam penelitian harimau dan banyak faktor lainnya yang menghambat penelitian harimau sumatera.
Salah satunya adalah dibutuhkan mental baja dan tenaga untuk meneliti harimau karena luasnya habitat, juga kebutuhan dana yang besar untuk mobiliasi tenaga kerja lapangan, serta dukungan dana untuk penggunaan alat pendukung penelitian.
Hingga saat ini, hanya beberapa blok hutan yang bisa dilakukan penelitian, selebihnya secara umum penelitian harimau secara keseluruhan di hutan Sumatera sulit dilaksanakan karena beberapa faktor yang disebut di atas.
Beda dengan sepupunya, singa, di daratan Afrika. Singa Afrika relatif gampang diketahui karena keadaan habitat, areal singa terletak di safana (padang rumput), kelimpahan pakan seperti kijang, zebra, dan babi hutan tersebar merata.
Di habitat tersebut tergambar utuh situasi pemangsa dan satwa mangsa atau dikenal dengan istilah prey dan predator, ukuran ekologi habitat, kelompok singa, hingga kelompok pemangsa lainya terdata dengan baik.
Hingga, prilaku singa dan jumlah individu dikelola dengan baik, juga pengelolaan kawasan satwa liar tersebut sesuai dengan peruntukannya. Beberapa di antara kawasan tersebut disebut taman safari, taman nasional, dan alam.
Ini menjadi harapan dalam manajemen penyelamatan dan kampanye satwa liar secara utuh dan berkelanjutan. Implementasi kebijakan nyata dan tegas terjadi di kawasan ini. Kawasan konservasi satwa liar benua afrika terbuka akan segala akses, mulai dari transportasi, akomodasi dan sebagainya. Intinya relatif lebih mudah meneliti dan berwisata satwa liar di sana.
Lain perkara dengan harimau sumatera. Habitatnya berada di hutan primer dan sekunder. Harimau sumatera daya jelajahnya luas dan lebar. Topograpi beragam: pegunungan, sungai, dan rawa gambut. Harimau sumatera menguasai teritorial terluas dan terdahsyat di alam liar Sumatera. Tak ada pembatas daya jelajah mereka.
Seekor harimau jantan memiliki wilayah kekuasaan yang lebih besar dan kadang kala tumpang tindih dengan teritorial harimau betina. Harimau betina dapat memiliki teritorial seluas 20 kilometer persegi. Si jantan memiliki wilayah seluas 60-100 kilometer persegi.
Kawasan ini biasanya berada di daerah yang memiliki banyak sumber makanan. Luasan areapun yang sesuai dengan sumber makanan, hingga harimau bisa menghemat untuk mencari sumber makanan dalam menjaga pergerakannya.
Harimau jantan dewasa memiliki daya jelajah (home range) yang lebih besar daripada betina dan hewan yang masih muda. Berat badan kurang memberikan kontribusi terhadap pertambahan laju yang mendekati konstan sebagai masa pertambahan berat tubuh di antara harimau. Home range bertambah seiring laju berat tubuh yang lebih besar.
Saat ini, distribusi makanan dan perlindungan yang tidak teratur berdampak pada daerah jelajah menjadi tidak teratur. Harimau adalah satwa soliter dan memiliki daerah teritorial yang dipertahankan. Luas wilayah teritorialnya berbanding terbalik dengan ketersediaan mangsa yaitu, jika sedikit mangsa yang tersedia, luas teritorialnya akan lebih besar. Begitu pula sebaliknya.
Apa yang membuat harimau begitu tangguh menghadapi bermacam tipe kawasan hutan? tentu kebutuhan makanan untuk memenuhi energi, standar , kebugaran dan stamina. Mungkin diperlukan makanan bernilai gizi tinggi. Daftar favorit pun beragam, ada rusa, babi, kijang, hingga mamalia kecil lainnya. Konon harimau sumatera juga menyukai durian.
Siklus rantai makanan
Satwa mangsa (prey) seperti rusa kijang dan babi hutan merupakan menu utama bagi harimau. Satwa mangsa tersebut merupakan herbivora. Mereka mengonsumsi variatif daun, tanaman perdu, rumput dan alang alang hingga buah-buahan yang jatuh dari pohon.
Kandungan gizi yang terdapat di tumbuhan, seperti fluktosa, protein (lemak), karbohidrat, berproses di dalam tubuh satwa mangsa. Secara alami satwa mangsa tersebut, jika ketiban sial, akan dimangsa oleh harimau.
Kandungan daging darah, limfa, hati hingga tulang sumsum akan diasup dengan baik oleh harimau. Mungkin kandungan yang terdapat dalam tubuh satwa mangsa tersebut memberikan energi dan kekuatan pisik prima bagi harimau untuk terus bergerak (locomotion).
Jika dirunut, tanah adalah bahan padat (mineral atau ) yang terletak dipermukaan bumi, yang terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor, seperti iklim, organisme dan bahan induk. Aspek yang terdapat dari kandungan tanah akan terserap secara kimiawi ke tumbuhan.
Tanah di hutan adalah tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran jutaan spesies tumbuhan, tanaman zat pemacu tumbuh seperti hormon, vitamin, dan enzim yang dapat meningkatkan kesediaan hara.
Tanaman hutan Sumatera subur dan kaya akan unsur hara, proses kimia rumit ini berasosiasi ke tanaman berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik) sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca.
Dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota untuk menghasilkan biomass bagi tanaman di kawasan hutan, tanah dan tanaman hutan memberikan manfaat ke satwa mangsa.
Asumsi sederhananya adalah semakin subur tanah akan unsur hara maka semakin sehatlah satwa mangsa. Proses ini berimbas ke makanan dan habitat, semua proses alamiah ini saling memberi pengaruh terhadap kondisi harimau, hutan , dan terjaga sangat ideal bagi harimau.
Jika hutan secara terus menerus dirusak digantikan dengan tanaman eksotis seperti sawit dan ekaliptus untuk kepentingan industri, maka dipastikan banyak kandungan unsur hara lepas dari alam, suatu saat hilangnya tanaman endemis di hutan Sumatera.
Ditambah lagi efek buruk dari kualitas udara saat ini berupa asap akibat hutan dan lahan pada musim kemarau. Secara umum dapat dikatakan bahwa telah terjadi penurunan kualitas lingkungan di hutan Sumatera.
Harimau akan kehilangan pakan dan berkurangnya kemampuan adaptasi, suatu saat satwa mangsa akan mencari makanan baru, dan mungkin kualitas genetika satwa mangsa pun dalam bereproduksi pun turun. Hal ini berdampak pada satwa puncak rantai makanan.
Hampir sama dengan nasib satwa mangsa. Kini kondisi harimau pun berubah dan akan terjadi penurunan kualitas genetis akibat buruknya gizi satwa mangsa. Akibatnya daya jelajah yang biasanya luas ratusan hektare akan menurun. Mungkin keturunan harimau sumatera generasi sekarang tidak sekuat dan setangguh harimau sebelumnya.
Menurut Gilpin dan Soule, terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi ketahanan populasi terhadap kepunahan spesies. Pertama adalah variasi lingkungan, kedua variasi demografik, dan ketiga variasi genetik.
Semakin kecil ukuran populasi maka semakin rentan populasi tersebut. Ketiga faktor tersebut dapat menurunkan keberhasilan reproduksi, meninggikan tingkat kematian dan mendorong kepunahan.
Generasi Baru
Mungkin suatu saat, batasan teritorial dan home range seekor harimau yang dulunya ratusan kilometer akan menjadi puluhan atau ratusan meter saja. Suatu saat nanti harimau akan ditempatkan dalam pagar luas. Habitat buatan yang dibuat khusus oleh manusia untuk kepentingan perlindungan. Suatu saat nanti, batas khas keangkeran harimau di hutan, seperti bekas cakaran di pohon, sisa kencing dan gesekan di pohon sebagai penanda teritorial tak berlaku lagi.
Cepat atau lambat, generasi harimau sumatera baru akan datang. Harimau era tahun 50 hingga 2000-an yang garang akan berubah.
Perilaku soliter dan ciri khas kemisteriusan harimau sumatera bakal hilang. Sangar dengan auman keras yang khas dalam menjaga teritorinya sirna.
Harimau ke depan akan memakan apa adanya. Harimau menjadi satwa berkelompok dalam mencari makan, mangsa yang biasa bergerak dikejar dan diburu, kini hanya menunggu makanan dari manusia berupa daging potong, daging sapi olahan, plus minum susu sapi segar. Suatu saat nanti, tak ada lagi daging rusa, kijang, dan napoh.

Seperti saudaranya singa di Afrika, suatu saat nanti jumlah populasi harimau akan lebih mudah dilihat melalui pembatas pagar atau mobil tour di habitat buatan.
Penghitungan jumlah individu mudah dilakukan. Mungkin penghitungan individu pun berdasarkan kelompok. Meneliti harimau pun relatif gampang, bisa menggunakan mobil tour safari.
Ke depan, di tahun 2050, jumlah populasi harimau sumatera akan terus bertambah, bahkan bisa mencapai 1.000 individu, tapi dalam pagar pembatas. (*)

Baca Juga:  Peluang Lolos

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *