BOJONEGORO –
Makin meningkatnya kesejahteraan warga, makin tinggi pula tingkat permintaan dan pembelian kendaraan baik roda dua utamanya roda empat. Hal itulah yang makin menggeser dan menggusur peran moda transportasi umum dalam memenuhi kepentingan warga bepergian. Dan hal itu barang tentu berdampak pula pada keberadaan terminal yang makin sepi kunjungan. Kendati demikian keberadaanya tetap dibutuhkan warga dalam menggerakkan geliat ekonominya.
Salah satu yang terlihat makin menawan adalah Terminal Padangan, dulu sekitar 5 tahun lalu ditutup oleh pemerintah daerah melalui dinas perhubungan, karena lalu lintas transportasi angkutan umum sudah tidak transit di terminal Padangan. Bus dan colt yang biasanya lalu lalang baik yang dari Bojonegoro ke Cepu maupun dari Bojonegoro ke Ngawi selalu transit untuk mengangkut dan menurunkan pemumpang.
Terminal yang hanya seluas 1.350 m2 ini mempunyai fasilitas yang tergolong lengkap, karena terdiri dari bangunan fisik berupa kantor, pos kontrol, ruang tunggu penumpang, shelter angkutan umum, kios, loket penjualan tiket bus malam, area parkir kendaraan pribadi dan pangkalan ojek. Terminal ini mulai dikelola oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur melalui UPT LLAJ Kabupaten Lamongan sejak tahun 2014,
Setelah di rehap total, terminal Padangan saat ini dibuka kembali, dengan tampilan yang lebih menawan. Geliat ekonomi warga sekitar pun semakin terbantu dengan dibukanya terminal Padangan kembali. Terlebih didepan terminal sekarang sudah ada pusat geliat ekonomi baru, yaitu pasar padangan, ditopang keberadaan jembatan penghubung Padangan Kasiman yang juga ramai dikunjungi warga meski kadang hanya untuk berswa foto.
Seorang warga sekitar, Warti (43) mengatakan,” Alhamdullillah mas sekarang saya bisa berjualan lagi disini, dan hasilnya lumayan untuk tambah uang belanja serta tambahan uang saku anak saya, begitu ungkap ibu rumah tangga yang berjualan gorengan didepan terminal kepada korandiva.co.
Lain halnya yang di sampaikan Farid (40) warga Desa Dengok Kecamatan Padangan,” hampir tiap malam saya ngopinya disini mas, karena tempatnya enak, bersih dan bisa sambil melihat lalu lalang bus yang keluar masuk terminal,” ujarnya sambil nyeruput secangkir kopi yang berada di sampingnya.
Lanjut Farid, saya lahir disini mas, sejak kecil ya disini ini tempat bermain saya sama teman sebaya. Sempat bingung juga waktu terminal ditutup oleh dinas, tapi sekarang lihat sendiri mas, terminal makin indah, masyarakat senang karena bisa menopang pendapatan keluarganya dengan berjualan,” pungkasnya. (*)