Pembayaran Mundur Sebulan, Petani Tebu Keberatan

Giling Tebu Tahun 2022 di PG Blora

.-

Pengurus dan Pengawas Mandiri () Blora, Rabu (13/7/2022) bertemu pimpinan , PT. Gendis Multi Manis (GMM) di Blora untuk melakukan audiensi.
Audiensi dilakukan guna menyampaikan jeritan, tuntutan, desakan dan dari tebu yang tergabung dalam KPTR (Manteb) masa giling 2022.
Audiensi dipimpin oleh selaku ketua Koperasi KPTR Manteb, didampingi Wakil Ketua Koperasi Sakijan yang juga wakil ketua Blora. Ikut dalam audiensi, H. Abu Nafi selaku Ketua Pengawas KPTR Manteb yang saat ini sebagai anggota .
Ketua KPTR Manteb Bambang Sulistya yang juga mantan Sekda Blora pada kesempatan itu menjelaskan, bahwa PT. GMM merupakan satu-satunya pabrik terbaru di Jawa Tengah. PG Blora ini dulu dikenal pabrik gula yang menghasilkan/memiliki rendemen tebu yang tinggi karena menerapkan standarisasi MBS Potlot.
Dalam masa giling tebu Tahun 2022 awal giling dimulai 10 Mei 2022, dan sampai tanggal 12 Juli 2022 PG Blora yang sekarang dikenal dengan nama GMM Bulog itu sudah menggiling tebu sebanyak 145.822,61 ton.
“Berdasarkan hasil rapat, harga tebu ditetapkan untuk tebu dalam wilayah Rp 66.000/ku, dan tebu dari luar Kabupaten Blora berkisar Rp 67.000/ku sampai Rp 68.000/ku,” jelasnya.
Dan telah disepakati, seminggu setelah tebu disetor ke GMM akan dibayar. “Namun akhir-akhir ini sudah lebih dari tiga minggu tebu petani yang sudah disetor ke pabrik gula belum ada realisasi pembayaran dari pabrik gula,” ungkapnya.
Walaupun berdasarkan hasil rapat yang diikuti oleh perwakilan petani dari berbagai koperasi petani tebu, petani penyangga dan pihak pabrik gula sudah dijelaskan oleh pihak manajemen pabrik gula bahwa nanti pembayaran tebu petani akan mengalami penundaan tidak lagi seminggu sekali tapi berubah menjadi tiap bulan sekali.
Hal tersebut dikarenakan ada hambatan penjualan gula petani sehingga berdampak pada kemampuan keuangan dari pabrik gula untuk membayar tebu petani.
“Ternyata dampak dari penundaan pembayaran tebu petani oleh pihak pabrik gula sangat memberatkan beban tanggung jawab kepada para petani untuk membayar tenaga tebang dan biaya angkut tebu,” ungkapnya.
Apalagi saat ini masih sering turun hujan sehingga makin membengkaknya biaya tebang yang harus ditanggung oleh para petani.
Bagi yang memiliki modal petani langsung memutuskan penjualan tebu ke pabrik gula yang ada di luar Kabupaten Blora dengan patokaan/ketentuan harga tebu yang lebih tinggi dan langsung dibayar kotan.
“Akibatnya terjadi tebu bertamasya keluar dari Kabupaten Blora dan tidak digiling ke pabrik gula GMM,” jelasnya.
Kalau kejadian semacam ini dibiarkan berlarut maka akan terjadi Koperasi Tebu yang telah terbentuk di Kabupaten Blora pasti akan mati suri alias bubar, sedangkan di Blora sudah terbentuk 5 buah koperasi tebu yang sudah berbadan hukum.
Bahkan KPTR Manteb sudah punya kantor sendiri dan ada 85 petani tebu ikut menjadi anggota koperasi.
“Padahal dahulu Koperasi dibentuk atas prakarsa pihak pimpinan Pabrik gula GMM dengan harapan nantinya petani memiliki nilai tawar,” bebernya.
Bagi petani yang tidak punya modal akhirnya hanya pasrah dengan keadaan, kalau ada peluang utang pasti akan ditempuh walau dengan bunga tinggi.
Disamping itu dengan adanya tebu tamasya berarti cita-cita para petani tebu di Kabupaten Blora mulyo bareng-bareng bersama pabrik gula GMM hanya tinggal kenangan.
Karena dahulu pabrik gula GMM berdiri sesantinya hanya mengutamakan untuk mensejahterakan para petani tebu di Kabupaten Blora.
“Kami sangat bersyukur ketika melakukan audensi ke Pabrik Gula bisa diterima dengan suasana kekeluargaan oleh Direktur Opersional , Krisna Murtiyanto yang didampingi Manager Tanaman Yudi Ardhiansyah dan staf di joglo Pendopo Rumah Dinas Direktur,” ucapnya.
Pihaknya mengajukan tiga hal yang perlu mendapatkan kejelasan dan ketegasan dari pihak managemen pabrik gula GMM BULOG.
Pertama mohon penjelasan secara terbuka alasan realistis terjadinya penundaan pembayaran tebu petani.
Mengingat komitmen pembayaran tebu petani sudah mendekati satu bulan maka kapan pihak pabrik gula akan segara membayar tebu petani.
“Atau istilah para petani tebu Blora kapan ada suara klunting karena para petani sudah kepepet dan sangat membutuhkan dana untuk membayar utang,” ujarnya.
Kedua, apakah penundaan pembayaran tebu petani masih akan diperlakukan lagi atau kapan pembayaran tebu petani sesuai dengan komitmen awal giling tebu setiap seminggu sekali.
Ketiga, adakah rencana menaikkan harga tebu petani dalam bulan Juli ini, mengingat harga tebu di pabrik gula yang diluar Kabupaten Blora sudah mengalami kenaikan harga tebu.
Kalau tidak bisa bisa menaikkan harga tebu lebih tinggi dari pabrik Gula lain menimal menaikkan harga tebu petani seimbang dengan harga tebu Pabrik gula lain.
Dalam kesempatan yang sama H. Abu Nafi mengungkapkan, pada prisipnya ikut prihatin kalau petani tebu nasibnya semakin tak semanis rasa gula tebu
Karena dirinya dahulu salah seorang yang berperan aktif mendorong Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo untuk mendirikan pabrik gula di Kabupaten Blora.
Selain itu Mbah Abu, sapaan H.Abu Nafi juga ikut sebagai dan provokator agar para mau menanam tebu untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Sehingga kalau akhirnya sudah berdiri pabrik gula di Blora ternyata sekarang petani malah menjual tebunya ke pabrik gula di luar kabupaten Blora adalah sangat ironis hanya karena pembayaran tebu petani molor menjadi jangka waktu satu bulan dengan harga belum sesuai dengan harapan.

Berkenaan dengan hal tersebut dirinya memohon kepada pihak pabrik gula GMM BULOG agar secepatnya bisa melakukan pembayaran tebu petani sesuai komitmen awal giling.

Baca Juga:  Warga Kadengan-Randublatung Gelar Hajatan Sedekah Bumi

H. Abu Nafi yang saat ini diberi amanah sebagai anggota DPRD Jateng Komisi B siap membantu untuk kelancaran proses pembayaran tebu petani dengan melakukan pendekatan kepada Bupati barangkali ada solusi terbaik untuk mengatasi persoalan yang ada.

Sementara itu Sakijan, wakil Ketua Koperasi Manteb dan sekaligus juga petani tebu yang berdomisili di sekitar pabrik gula merasa beban mental karena setiap minggu harus cari dana untuk membayar tebang angkut tebu.

Apalagi selaku Wakil Ketua merasa malu kalau ikut ikut jual tebu keluar dari Kabupaten Blora.

“Namun karena kepepet terpaksa setiap hari satu rit tebu dijual ke GMM dan satu truk yang lain dijual ke pabrik gula di wilayah Kabupaten tebu glondongan dengan harga Rp 71.000 per kuintal dan dibayar kontan,” ungkapnya.
Untuk itu ia mengusulkan apakah di Pabrik Gula GMM bisa dihadirkan insvestor yang siap membeli tebu petani.
Kalau sudah ada pendukung dana Sakijan meyakini tebu tamasya akan drastis berkurang tidak seperti saat ini banyak tebu Blora digiling diluar pabrik gula GMM.
Selanjutnya semua ungkapan yang telah disampaikan dari perwakilan KPTR Manteb direspon positif oleh bapak Direktur BULOG dengan penjelasannya.
Pertama, sebagai dampak dari perbaikan yang menuju pabrik gula sering menimbulkan kemacetan sehingga menimbulkan para vendor pembeli gula di pabrik gula GMM BOLOG beralih membeli gula ke pabrik gula lain yang transportasi lancar sehingga berakibat menipisnya ketersedian dana untuk membayar tebu petani.
Namun berbagai upaya terobosan terus diiktiarkan sehingga diharapkan mulai hari ini Rabu 13 juli 2022 dana untuk membayar sebagian tebu petani sudah ada tinggal menunggu proses administrasinya di .
Kemudian secara bertahap pembayaran tebu petani akan dicairkan mulai besok Kamis dan Jumat.
“Untuk pembayaran tebu petani minggu depan akan diupayakan sesuai komitmen awal giling tebu setiap minggu sekali klunting pembayaran tebu petani,” kata Krisna Murtiyanto.
Berkaitan kenaikan Harga tebu petani menurut penuturan Krisna Murtiyanto bahwa PT GMM BULOG sudah merencanakan akan menaikan harga tebu petani hanya tinggal menunggu waktu yang tepat.
Disamping itu pihak pabrik gula dalam rangka memberikan pelayanan yang baik kepada para petani siap membuka komunikasi secara terbuka kapan saja.
Audensi perwakilan dari para petani KPTR Manteb kepada Pimpinan PT GMM BOLOG diharapkan membuahkan hasil yang membuat petani gumuyu dan makin optimis dalam menekuni usaha tani tebu dengan sesanti “Manis Tebuku Mulyo Uripku”. (*).

Baca Juga:  Petani Blora Berharap Pemerintah Naikkan Harga Gabah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *