Usaha Keripik Singkong “Doa Ibu”, Berusaha Bertahan di Tengah Melonjaknya Bahan Baku

.-

Pemerintah harusnya meningkatkan perhatian terhadap Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang sudah teruji dan mempunyai peran strategis dalam ekonomi nasional. Selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UKM dikenal tangguh menghadapi situasi sulit.

Seperti halnya di Desa Plukaran Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, Jawa Tengah yang merupakan sentra usaha kripik singkong, sejak awaL 2016 hingga sekarang tetap eksis walau diterpa lonjakan harga bahan baku.

Kurdi, salah satu keripik singkong “Doa Ibu” mengaku setiap hari memproduksi keripik singkong secara manual. “Untuk pemasaran saya titipkan di warung-warung dan di wilayah Kabupaten Pati,” ujar pria yang akrab disapa Pak Gendu itu.

Selain bersama istri, Kurdi dalam menjalankan usahanya juga dibantu oleh sang anak. Usaha yang dirintis sejak awaL 2016 ini terus mengalami kemajuan dan berkembang dalam pemasaran, hingga beberapa tahun terakhir harus menghadapi tantangan yang tidak ringan.

Baca Juga:  Kasus Jual Beli Kios Pasar Randublatung, Diduga Pedagang Ditarik Rp 120 Juta untuk Satu Kios

Memasuki masa Covid-19 dua tahun silam, usaha kripik singkong di Pati sempat mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan baku singkong.

Singkong yang dulu sangat gampang diperoleh di sekitar Desa Gembong, tiba-tiba menjadi susah didapat karena harus berebut dengan tengkuLak yang “berani” membeli dengan harga fantastis untuk disetor ke pabrik.

“Bahan baku singkong yang dulu harganya sekitar 1500/kg di awal tahun 2022 kini menjadi 2700/kg,” tandas Kurdi ketika ditemui , Senin (21/02/2022).

Belum usai pening akibat naiknya harga singkong, kini Kurdi harus menghadapi tantangan baru yang lebih ekstrim. Harga goreng melonjak. “Harga minyak goreng yang dulunya 125.000/kardus kini menjadi 275.000/kardus,” keluhnya.

Kurdi tidak sendiri menghadapi kondisi sulit seperti itu, karena ada 20 pengusaha keripik singkong lain di Dukuh Bengkal di Desa Plukaran.

Baca Juga:  Pungli di Pasar Wulung Mencapai Rp 800 Juta

Menurut Kurdi, dalam situasi ekonomi yang belum pulih seperti ini, menaikkan harga jual keripik singkong bukanlah pilihan terbaik. “Harga jual keripik singkong di pasaran sampai sekarang masih tetap, 24.000/kg,” ujarnya.

Setangguh apa pun Kurdi dan 20 rekan pengusaha kripik lainnya, jika situasi seperti ini tidak segera diatasi maka UKM di kawasan kaki Gunung Muria ini akan tutup wajan.

Jumlah penduduk Desa Gembong sekitar 2.400 jiwa, mayoritas mata pencarian di bidang pertanian dan peternakan. Jika Pati masih menganggap UKM di Plukaran merupakan asset binaannya, maka Dinas Perindustrian dan Perdagangan harus segera turun ke desa yang 70 persen lahannya adalah sawah pertanian itu.

“Untuk memproduksi dan pemasaran kami sudah bisa, tapi tolong dibantu kesediaan bahan baku. Singkong dan minyak,” harapnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *