Waspada di Masa Pandemi, Wredanada Mustika Ajak Anggota PWRI Blora Bernyanyi

Di tepi si miskin ,
Hidup meminta dan menerima,
Si kaya tertawa berpesta pora,
Hidup menumpang di kecurangan.
Sadarlah kau cara hidupmu,
Yang hanya menelan yang lain,
Bintang jatuh hari Kiamat,
Pengadilan yang penghabisan.


LAGU berjudul “Hari Kiamat” itu, Kamis (14/10/2021) terdengar menggema dari dalam Gedung di Jl. Sudarman, Kota. Lagu yang di era 70-an itu bukan dibawakan oleh aslinya, Hengky (Black Brothers) melainkan oleh para yang tergabung dalam wadah Persatuan Republik Indonesia () .
Ketua PWRI Blora, menjelaskan, pada hari itu digelar rapat dengan agenda utama konsolidasi.


“Selain penyampaian hasil rapat koordinasi PWRI eks Karesiden Raya di dan Resepsi Hari Ulang tahun ke-59 PWRI Tingkat Jateng di Sragen, juga disampaikan motivasi kehidupan,” ujarnya.


Untuk penghiburan diri, lanjut Bambang di akhir acara diisi dengan hiburan musik solo orgen Wredanada Mustika (WM) yang dikoordinir oleh Winarno, mantan kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Blora.


Di masa Covid-19 saat ini menurut Bambang, ternyata masih dibutuhkan sikap kewaspadaan, ke hati-hatian dan semangat untuk tetap melaksanakan secara ketat dan disiplin.


Disamping itu, upaya untuk meningkatkan diri tetap dilestarikan baik melaluhi olah raga, menjaga asupan makanan bergizi dan seimbang, membiasakan berpikir positif, maupun dalam pengendalian emosi serta upaya meningkatkan kualitas ibadah utamanya ibadah .
Ada dua buah lagu yang dinyanyikan bersama-sama, yaitu lagu Tanah Airku karya Ibu Soed dan lagu Hari Kiamat yang dinyanyikan Black Brothers.

Baca Juga:  Komunitas Peduli Yatim Cepu KPYC Santuni 63 Anak Yatim di Masa Pandemi


“Itu lagu kenangan yang sangat populer menduduki tangga lagu lagu diblantika musik Indonesia sekitar tahun 1970-1980,” ujarnya, di Blora, Jumat (15/10/2021).


Dikatakan mantan Sekda Blora itu, kedua lagu itu sengaja dipilih untuk dinyanyikan bersama para peserta rapat dengan motivasi dan harapan untuk membangkitkan kembali semangat Nasionalisme sehingga di saat sulit dan prihatin seperti saat ini kita tetap kokoh dan mantab rasa kebangsaan kita.


Seperti sepenggal Syair dalam Lagu Tanah Airku “Tanah air Ku tidak kulupakan, Kan Terkenang selama hidupku, Biarpun saya pergi jauh, Tidakkan hilang dari kalbu.Tanah ku yang kucintai,Engkau kuhargahi”


Demikian pula lagu Hari Kiamat untuk dinyanyikan sebagai upaya untuk untuk bahan instropeksi diri dan peningkatan kepekaan sosial.


Seperti terungkap dalam syair lagu Hari Kiamat, Di tepi jalan si miskin menjerit, Hidup meminta dan menerima, Si kaya tertawa berpesta pora, Hidup menumpang di kecurangan. Sadarlah kau cara hidupmu, Yang hanya menelan korban yang lain, Bintang jatuh hari Kiamat, Pengadilan yang penghabisan.


Dalam acara penghiburan diri lagu-lagu yang dinyanyanyikan terbatas hanya pada lagu nostalgia dan campusari dengan irama pop dan keroncong.

Baca Juga:  Bambang Sulistya: Gunakan Prinsip 'SIAP' untuk Melaksanakan Amal Saleh di Bulan Ramadan


“Ternyata kegiatan tersebut mampu menyegarkan badan dan nurani, semua kepenatan, beban hidup dan pikiran yang ruwet terasa bisa terurai lepas menjadi sebuah hiburan diri yang tak ternilai, menggembirakan dan membahagiakan,” ungkapnya.


Dirinya berharap, mudah-mudahan langkah itu akan berkontribusi positif untuk meningkatkan imunitas diri dari para peserta rapat dan juga mampu menumbuhkan suasana kekeluargaan, persaudaraan serta setya kawan di masa pandemi.


“Penghiburan diri merupakan sebuah jawaban dan promosi yang merupakan salah satu manfaat kita bergabung untuk ikut organasisasi PWRI karena saat ini stesel keanggotaan aktif,” kata dia.
Menurutnya, selama ini selalu muncul pertanyaan setiap mau memasuki masa pensiun ditawari masuk PWRI .


“Apa manfaatnya ikut PWRI. Untuk mengantisipasi hal tersebut saya akhirnya memaknai pengertian PWRI sebagai sebuah akronim yang memiliki manfaat,” jelasnya.
Yang dimaksudkan adalah (P) Penghiburan diri, (W) Waras atau Wasis artinya masuk jadi anggota PWRI tambah dan pintar. (R) atau rejeki maksudnya kiprah di PWRI banyak teman dan rejeki.
“Kemudian, (I) Iman, artinya ikut PWRI harapan imannya meningkat karena setiap rapat rutin bulanan selalu saya hadirkan nara sumber untuk memberikan pencerahan,” tuturnya.
Dirinya berharap semoga Munas PWRI yang akan berlangsung di tanggal 20- 22 Oktober 2021 selain dapat memilih Ketua Umum yang baru juga dapat menghasilkan ketetapan keanggotaan PWRI dari aktif ke pasif. (*).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *