PPKM Darurat, Bentuk Ikhtiar Pemerintah dalam Upaya Pengendalian COVID-19

, Diva. – Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat akhirnya diperpanjang.

Hal itu mengemuka pada rapat Kabinet terbatas yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo, Jumat (16/7/2021) yang memutuskan bahwa PPKM Darurat diperpanjang hingga akhir Juli 2021.

Keputusan itu diambil berdasarkan atas berbagai pertimbangan diantaranya hasil pelaksanaan kebijakan yang telah berlangsung dua pekan yang ternyata hasilnya belum sesuai dengan harapan.

Walaupun PPKM Darurat sudah dapat menurunkan mobilitas masyarakat, namun kenyataan yang lain belum mampu menurunkan COVID-19 yang terus meningkat.

Ketua Persatuan Republik Indonesia () H. menanggapi, tentu dengan diperpanjangannya pelaksanaan PPKM Darurat akan muncul konsekuensi dan target mulai dari upaya untuk untuk terus mendisiplinkan warga dalam melaksanakan protokol 5M secara ketat.

“Termasuk penerapan standart PPKM sampai pemenuhan bagi warga yang terdampak,” ucapnya, Minggu (18/7/2021).

Diungkapkannya, gemuruh ungkapan yang mencuat di masyarakat dan merupakan ekspresi dari anggota masyarakat yang sudah mengalami kejenuhan, penderitaan, kekesalan dan keprihatinan tak bisa terhindari karena dampak COVID-19 yang kurang bersahabat sudah berlangsung lebih dari satu setengah tahun.

“Apalagi bagi warga masyarakat yang bekerja di sektor informal terutama para pedagang kaki lima dan warga masyarakat yang saat ini kehilangan mata pencaharian akibat pemutusan kerja, kondisinya makin terpuruk dan rapuh,” ungkap mantan Sekda Blora itu.

Mensikapi kondisi tersebut tentunya kita tidak boleh serta merta menyalahkan bahkan langsung menuduh, menuding dan mengkambinghitamkan kepada pihak pemerintah yang harus bertanggung jawab atas musibah yang saat ini kita alami bersama.

Berbagai kebijakan yang telah diambil pemerintah termasuk perpanjangan pelaksaan PPKM Darurat adalah semata-mata sebagai bentuk ikhtiar dalam upaya mengatasi pengendalian COVID-19.

“Untuk itu saya sangat berharap dalam menghadapi situasi yang semakin sulit dan komplek ini agar semua pihak bisa menahan diri bersikap secara bijaksana, termasuk dari pihak masyarakat,” ungkapnya.

Baca Juga:  TPQ Attaqwa Randublatung Gelar Kelulusun dan Pelepasan Santri Tahun Ajaran 2022-2023

Pihak swasta maupun pemerintah dalam menerima jangan ada yang merasa dikorbankan, paling benar, berkuasa, arogan bahkan ada tindakan-tindakan yang tidak manusiawi kepada anggota masyarakat yang saat ini karena kekurang pahamannya dan ingin bertahan hidup masih belum sesuai dalam melaksanakan .

“Perlu diingat bahwa pandemi COVID-19 itu merupakan persoalan kita bersama mestinya kita harus hadapi, atasi dan lawan bersama-sama untuk mengusir penyakit virus corona dari Bumi Nusantara,” tuturnya.

Termasuk dalam upaya meringankan beban masyarakat yang kurang beruntung akibat kebijakan perpanjangan PPKM Darurat saat ini.

Karena kalau hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah rasanya belum memadai kalau tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak yang memiliki kemampuan dan kesempatan.

“Mari kita tumbuhkan rasa kepekaan sosial di masyarakat untuk saling merasa memiliki bahwa kita merupakan bangsa tangguh, gigih dan pantang menyerah. Untuk saling membantu, saling bergandeng tangan dan saling mengulurkan tangan dan saling eling lan ngelingke atau ingat mengingatkan agar kita segera lepas dari musibah ini,” ajaknya.

Dalam situasi seperti saat ini, mantan Sekda dan Anggota Blora, teringat managemen GG (Good Governance) yang sering dimaknai dalam situasi kritis harus mampu melakukan langkah-langkah yang akrobatik dengan tetap berpegang pada aturan normatif.

Upaya yang ditempuh dalam mensiasati situasi kritis bisa dengan menggunakan Akronim 5GG

Pertama, GG – Gawe Guyub atau membuat rukun. Artinya, setiap langkah yang dilakukan dapat menciptakan situasi kondusif mampu menciptakan suasana kekeluargaan dan kerukunanan. Karenanya, hindari pernyataan yang bernada ancaman, menakutkan dan apalagi provokasi yang bisa menimbulakan perpecahan persatuan dan kesatuan di masyarakat.

Kedua, GG – Gratis Gratisan. Artinya, mendorong kepada anggota masyarakat yang berkemampuan atau pihak swasta agar mampu memberikan bantuan secara gratis untuk memberi solusi persoalan yang saat ini sedang terjadi, misal memberi bantuan atau bahkan memberi dana kompensasi selama usahanya bangkrut.

Baca Juga:  Berkah Kiyai Balun di Makam Cungkup, Cepu

Kemudian GG ketiga, Gawe Guyu atau membuat tertawa. Artinya, mewujudkan susana yang menggembirakan dan memotivasi masyarakat agar punya harapan dan bergairah dalam menghadapi kehidupan dengan rasa suka cita.

Keemoat, GG – Gawe Gagasan atau membuat gagasan. Artinya, mengajak masyarakat untuk berpartipasi aktif dalam memberi gagasan untuk solusi terhadap persoalan yang saat ini sedang terjadi.

Berikutnya, GG yang kelima, Golek Ganjaran (mencari pahala). Artinya, menyadarkan pada masyarakat bahwa musibah ini merupakan ujian bagi orang beriman sehingga kita tetap tegar, tawakal dan bersemangat untuk terus berikhtiar yang dimaknai sebagai bentuk ibadah.

“Sebagai orang Jawa ada baiknya di masa musibah pandemi COVID-19 kita berguru pada pitutur luhur yang pernah diajarkan oleh Mangkunagara I (Raden Mas Said) yaitu Tri Darma,” bebernya.

Tri artinya tiga dan Darma adalah . Ada tiga pengabdian untuk dipedomani baik oleh setiap warga negara maupun para pemimpin apabila ingin masyarakat damai dan makmur, yaitu, Mulat Sarira Hangrasa Wani, Rumongso Melu Handarbeni, Wajib Anggrumkepi.

“Artinya, berani mawas diri, merasa Ikut memiliki, wajib ikut membela dan mempertahankan,” jelasnya.

Bambang Sulistya berharap semoga dengan adanya kebijakan perpanjangan PPKM Darurat tidak menimbulkan gejolak dan memperburuk kondisi ekonomi dan kesehatan masyarakat tapi kebijakan tersebut mampu membawa kebaikan dan terkendalinya musibah COVID-19 sehingga kita bisa bangkit kembali menikmati kehidupan normal.

Tentu dengan harapan masyarakat mau nyengkuyung dan mendukung dengan melaksanakan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin.

“Simak sepenggal syair lagu karya bapak , Cahaya dalam kegelapan. Cahaya ada dalam hati kita. Dalam jiwa-jiwa penuh kasih, harapan ada dalam hidup kita, untuk mau berbagi,” tutupnya. (*).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *