ARAHAN Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo agar Blora segera membangkitkan event pariwisata guna meningkatkan okupansi penumpang pesawat Cepu-Jakarta (PP) bisa dimaknai sebagai pemberi semangat, tapi bisa juga merupakan sindiran.
Seharusnya destinasi wisata Blora sudah disiapkan jauh sebelum Bandara Ngloram diresmikan. Sehingga pasca bandara diresmikan masyarakat dari Jakarta akan berbondong-bondong naik pesawat menuju Cepu untuk melihat keunikan, keajaiban, atau daya tarik wisata yang telah disiapkan oleh Pemkab Blora.
Seringkali disebut-sebut bahwa Blora memiliki daya tarik wisata Migas yang tidak ada duanya di negeri ini, yaitu ratusan sumur tua yang ada di Ledok, Nglobo, dan Semanggi. Namun sejauh ini belum ter-lihat tanda-tanda Pemkab Blora akan menyentuh lokasi tersebut hingga siap dikunjungi para wisatawan.
Bila masyarakat dari Semarang terbang dengan pesawat menuju Bandara Dewadaru dengan tujuan berwisata di Plau Karimunjawa, lalu apa kira-kira tujuan orang dari Jakarta terbang menuju Bandara Ngloram?
Itulah yang menjadi penyebab Bandara Ngloram sempat tutup hingga dua kali karena maskapai beralasan tidak ada penumpang. Dan bila tidak segera ditemukan magnet yang bisa menarik masyarakat agar bepergian ke Cepu dengan pesawat terbang, tidak menutup kemungkinan Citilink juga akan menutup penerbangannya ke Ngloram. Jangan sampai.
Pemkab Blora lebih baik menyisihkan energi, pikiran dan biaya untuk menciptakan obyek wisata, daripada menghambur-hamburkan anggaran dengan menugaskan Kepala Desa, Camat, dan ASN agar setiap minggu bepergian ke Jakarta dengan dalih studi banding atau kunjungan kerja.
Dengan sedikit memutar otak untuk memoles salah satu dari puluhan obyek wisata yang ada seperti, Goa Terawang, Waduk Bentolo, Waduk Tem-puran, Waduk Greneng, Lokomotif Wisata Cepu, dan Gubug Payung, Pemkab Blora akan memiliki destinasi wisata unggulan di Jawa Tengah, dan itu akan menjadi alasan warga Jakarta melakukan penerbangan ke Cepu.
Dengan banyaknya masyarakat dari Jakarta berwisata ke Bumi Samin ini, tentunya akan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Blora. Tetapi dengan pola memerintahkan Kades, Camat dan ASN terbang ke Jakarta yang terjadi malah sebaliknya. Duwit Blora akan banyak dibelanjakan di Mangga Dua dan Plaza Indonesia.
Lagi pula, orang naik pesawat biasanya bertujuan untuk keperluan bisnis atau berwisata ke sebuah tempat yang istimewa. Tetapi kalau naik pesawat Cepu-Jakarta tanpa tujuan, dan hanya sekedar untuk menghabiskan waktu dan cari angin segar, itu tak ubahnya seperti penumpang odong-odong.
Mending naik odong-odong bisa menambah penghasilan sopir dan pemiliknya yang notabene adalah warga Blora. Dibanding naik pesawat dari Ngloram, yang hanya akan menambah PAD Jakarta.
Namun jika Pemkab terus menggerakkan Kades dan ASN ke Jakarta agar Citilink selalu terbang 2x seminggu dari Bandara Ngloram, ini adalah harga mahal yang harus dibayar oleh Blora yang masih berpredikat sebagai kabupaten termiskin di Jawa Tengah.
***