Jejak Sejarah dan Perkembangan Desa Seso, Jepon – Dari Sumur Gowok hingga Desa Mandiri

Korandiva – . – , sebuah desa di wilayah Kecamatan , , terus menunjukkan perkembangan pesat dalam dan tata kelola pemerintahan. Dengan luas wilayah mencapai 10 km², desa ini memiliki potensi sumber daya manusia dan aset desa yang cukup besar untuk menunjang kesejahteraan masyarakatnya.

Dipimpin oleh Ngatmin sejak tahun 2008, Desa Seso kini memiliki struktur pemerintahan yang solid. Sejumlah yang bertugas antara lain Sekretaris Desa Saingat, Kasi Pemerintahan Dwi Purwanto, Kasi Pelayanan Nia Oktavia, Kasi Kesejahteraan Sadikin, Kaur Umum dan TU Suparti, Kaur Perencanaan Ristina, dan Kaur Keuangan Yoga Purwanto.

“Fokus kami adalah pelayanan publik dan pemanfaatan aset desa secara optimal untuk kesejahteraan warga,” ungkap Ngatmin dalam wawancara singkat di Balai Desa Seso.

Berbatasan dengan Empat Wilayah
Secara geografis, Desa Seso berbatasan dengan:
-Utara:
-Timur: Kelurahan Jepon
-Selatan:
-Barat: Kelurahan Bangle
Wilayah ini strategis karena menjadi salah satu jalur penghubung antar desa dan kelurahan di .

Aset Desa dan
Desa Seso memiliki beragam aset yang mendukung aktivitas dan masyarakat, di antaranya:
Tanah seluas 15,5 hektare
-Balai Desa
-Sanggar Seni
-
- paving dan rabat beton yang tersebar di berbagai dukuh
-Infrastruktur desa yang terus ditingkatkan menjadi bukti nyata komitmen dalam memajukan wilayah.

yang Hidup dalam Ingatan: Asal Usul Nama Seso
Menariknya, asal-usul nama “Seso” berasal dari cerita rakyat yang berkembang sejak masa penjajahan Belanda. Menurut salah satu versi, pada masa Perang Bangsri, sejumlah pejuang rakyat melarikan diri ke arah utara untuk menghindari serangan penjajah.
Mereka beristirahat di bawah pohon besar yang memiliki gowakan (sumur kecil), sambil makan sisa-sisa makanan. Namun nahas, para pejuang tertangkap dan disiksa secara kejam oleh penjajah. Hanya satu orang yang berhasil meloloskan diri dan mengenang tempat itu sebagai saksi bisu perjuangan para pahlawan. Sumur itu kini dikenal sebagai , dan wilayah sekitarnya kemudian dinamai Seso, sebagai penghormatan terhadap para pejuang yang gugur.
Cerita ini menjadi bagian penting dari identitas dan , yang hingga kini masih diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi.

Deretan Pemimpin Desa dari Masa ke Masa
Sejak kemerdekaan Indonesia, Desa Seso telah dipimpin oleh empat kepala desa:
-Martodiwiryo Sadikin (1945–1975)
-Syakur, B.Sc. (1975–1998)
-Jupriyadi (1998–2006)
-Ngatmin (2008–sekarang)
Peralihan kepemimpinan desa menunjukkan kesinambungan dalam membangun pemerintahan desa yang kuat dan berorientasi pada pelayanan.

Desa Seso hari ini bukan hanya tentang masa lalu yang heroik, tetapi juga tentang masa depan yang dibangun di atas pondasi gotong-royong dan .
“Dari Sumur Gowok, lahir yang tak pernah padam,” ujar salah satu tokoh masyarakat dengan penuh haru saat menceritakan sejarah desa. (*)