Korandiva – BLORA– Kekurangan air pada musim tanam kedua sering kali mengakibatkan gagal panen (puso) di Dukuh Boto, Desa Sendangwungu Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora. Meskipun lokasi sawah berdekatan dengan Sungai Lusi yang merupakan sungai terbesar kedua di Kabupaten Blora, curah hujan yang minim selama musim tanam menyebabkan sawah kekurangan pasokan air yang memadai. Hal ini berdampak pada hasil pertanian yang tidak optimal.
Untuk mengatasi kekurangan air, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) “TITIS” Desa Sendangwungu berinisiatif memanfaatkan sumber air yang melimpah dari Sungai Lusi. BUMDes TITIS menggunakan pompa listrik dan sistem pipanisasi untuk menyedot air sungai dan menyalurkannya ke sawah petani. Dalam sistem irigasi perpompaan ini, petani dikenakan biaya Rp 30.000 per jam terhitung ketika pompa menyala dab petani memperoleh pasokan air guna mencukupi lahan mereka.
Dengan adanya sistem irigasi perpompaan, hasil panen padi di Desa Sendangwungu mengalami peningkatan yang signifikan. Pada musim pertama dan kedua, petani dapat memastikan keberhasilan panen karena ketersediaan air yang cukup di sawah. Bahkan, pada musim ketiga, petani bisa beralih untuk berbudidaya tanaman lainnya, seperti jagung atau kacang hijau, karena keberlanjutan irigasi memungkinkan mereka untuk memperluas pilihan budidaya.
Agus, Direktur BUMDes TITIS Desa Sendangwungu, menyampaikan harapan agar program irigasi perpompaan dapat diperluas ke wilayah lain di desa tersebut.
“Semoga setelah ini ada dukungan dari pemerintah untuk memperluas jaringan irigasi ini, agar bisa lebih banyak petani yang dapat merasakan manfaatnya,” ujarnya.
Agus berharap, melalui irigasi perpompaan BUMDes TITIS dapat meningkatkan produksi pertanian dan kesejahteraan petani secara berkelanjutan.
Menurut Agus, dengan adanya irigasi perpompaan, petani di Desa Sendangwungu kini lebih optimis dalam mengelola hasil pertanian mereka. “Program ini akan menjadi solusi jangka panjang untuk masalah kekurangan air yang kerap menjadi kendala dalam sektor pertanian, terutama pada musim kemarau,” tandasnya. (*)