PKBM Upat Upat Bumi-Todanan, Jadi Ajang Penelitian Perguruan Tinggi Ternama di Indonesia

.-

Unik. Itulah kesan pertama ketika sambang ke Rumah Upat-Upat Bumi yang ada di Desa Dalangan Kecamatan , . Rumah budaya ini merupakan salah satu dari 2 PKBM yang ada di untuk menempuh Paket C.

Direktur Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Upat-Upat Bumi, Supat menceritakan, bahwa rumah padepokannya sering mendapatkan kunjungan tokoh dan dari berbagai perguruan tinggi ternama di Indonesia untuk melakukan penelitian.

“Profesor ITB, UKSW, UNNES, STTR , dan IAIN lainnya pernah berkunjung dan melakukan penelitian di padepokan ini,” ujar pria yang akrab disapa Mbah Supat itu.

Memiliki lembaga pendidikan dan TK yang dilengkapi Taman Baca Masyarakat (TBM), tempat ini juga memiliki fasilitas belajar berupa ula rumah Joglo yang sering dijadikan tempat untuk dan latihan menari oleh warga sekitar.

Baca Juga:  Dugaan KKN dan Jual Beli Jabatan Perades, Tiga Desa Dilaporkan ke Kejaksaan Negeri Blora

Dari tempat ini pula kegiatan lamporan yang melegenda dipusatkan dan digerakkan. “Para tokoh-tokoh besar pendidikan yang datang ke sini rata-rata mengaku penasaran,” katanya.

Ditambahkan oleh Mbah Supat, para dosen yang datang ke rumah budaya itu merupakan tokoh yang tergabung dalam Lembaga Penelitian dan Masyarakat (LPPM). Dari buku tamu yang ditunjukkan kepada Diva, sudah tidak terhitung lagi tamu-tamu yang berkunjung untuk melakukan riset dan penelitian terkait keunikan Omah Budaya Upat Upat Bumi.

“Awalnya, saya sebagai yang dipercaya mengelola perpustakaan desa dan taman baca masyarakat di bawah binaan Dinas Pendidikan Kabupaten Blora masa ketika dikepalai Ratnani Widowati alm,” papar bapak dari 4 orang putri yang komunitasnya sekelas Budayawan Sujiwo Tejo, Gus Nuril dan Emha Ainun Najib itu.

Baca Juga:  Bengkok + Siltap

“Awalnya kami ini komunitas di luar. Baru Tahun 1998 saya merintis rumah budaya ini,” ungkapnya.

Berkat dukungan sejumlah perguruan tinggi sebagai patner penelitian, pihaknya pernah menerima hibah berupa rumah Joglo yang difungsikan sebagai aula dan tempat kumpul komunitas dari berbagai daerah.

“Saya punya cita-cita ingin punya komunitas ngaji budaya,” ucap Mbah Supat.

Pria kelahiran 1979 yang tinggal bersama Lina Sugiyarti istrinya dan 4 anaknya di Desa Dalangan ini mengaku telah lama mendorong agar tokoh Sentiko dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

“Sudah lama saya mendorong banyak pihak agar Samin Suro Sentiko dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional, bukan hanya untuk jadi lucu-lucuan seperti selama ini,”pungkas Supat. (*)