Tahun Politik, Bambang Sulistya: Pentingnya Menjaga Mulut

.-

Di dalam tahun ada kesan, atas nama kebebasan berpendapat dan keterbukaan informasi yakni munculnya eforia orang bebas tanpa kontrol mengeluarkan ucapan di luar kelaziman dan kepantasan hingga menimbulkan kegaduhan di masyarakat.
Selaku tokoh masyarakat di Perumnas Blora mengatakan, berdasarkan hasil survey saat ini udara bebas di Bumi Nusantara sudah tercemar tidak hanya polusi udara tapi juga polusi suara dari kelompok masyarakat yang memiliki predikat WTS (Waton Suloyo).
“Berkenaan dengan hal tersebut tadi pagi seusai salat subuh berjamaah saya memberikan kultum (kuliah tujuh menit) di Blora Jateng dengan tema MU,” tuturnya Minggu (8/10/2023).
Mantan Sekda Blora itu menandaskan, MU bukan kepanjangan dari Manchester United profesional Inggris yang memiliki julukan Setan Merah, melainkan MU adalah Menjaga Ucapan.
Mengapa ucapan harus dijaga karena menurut Imam Al Ghazali seorang filsuf dan teolog muslim Persia mengungkapkan bahwa, “Bencana paling besar bagi manusia adalah selama manusia tidak bisa mengendalikan lisan”.
Bahkan ada pepatah Arab yang menyebutkan bahwa ucapan manusia lebih tajam dari jarum. Karena ucapan dapat menembus apa apa yang tidak mungkin di tembus oleh jarum.
Di Jawa banyak ungkapan yang berkaitan ucapan yang dapat dijadikan pitutur yang bijak, diantaranya, Ajining diri soko lati lan ajining raga soko busono.
Kemudian ungkapan lain lamun siro iso ngomong nanging ajo brebeki kuping. Sak dawa dawane lurung isih dawa gurung. Dalam bahasa Indonesia ada ucapan “Mulutmu Harimaumu”.
Sementara dalam sebuah Hadist Riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya berkata baik atau diam”.
Dari hadist ini kita memperoleh petunjuk bahwa perkataan baik itu lebih di kedepankan dan sikap diam diperintahkan pada saat tidak berkata yang baik.
Disamping itu perintah untuk diam,yaitu perintah untuk tidak mengatakan yang buruk yang dibenci atau dimurkai oleh Allah.Ingat Islam tidak menyukai omong kosong (QS Al- Shaff (61:2) dan sangat mencela ucapan yang menyebakan bencana karena lisan seperti ghibah, fitnah, adu domba dan kabar bohong.
Dalam ajaran Islam hanya mengajurkan berucap perkataan baik yang bisa menumbuhkan kasih sayang sesama umat,pembelajaran iman, pelurusan kemungkaran dan saling menasihati.Dalam konteks ucapan ini nasehat menjadi sangat penting.
Bagi orang yang berucap, nasehat diperlukan agar ucapannya tidak menebarkan kebencian dan menyakitkan lawan bicara.Kemudian Sikap diam sendiri ternyata juga memiliki nilai keutamaan yang dapat dirumuskan dalam sebuah akronim DAMAI.
Yang maknanya, (D)-Dapat melahirkan ketenangan hati dan meningkatkan diri bagi umat yang berani mengambil sikap diam.
(A)-Anti hoaks dan bisa mencegah penebaran aib seseorang. (M)-Menghindari diri dari permusuhan dan musibah. (A)-Ada jaminan bagi seseorang yang mengambil sikap diam membuka peluang masuk surga.
Sebagaimana tersurat dalam Hadist Riwayat Ibnu Hibban bahwa sesungguhnya sikap diam dapat mengusir setan dan menjadi penolong masuk surga.
(I)-Ibadah paling mudah dan paling ringan setiap umat dapat melaksanakan dan dampaknya luar biasa bagi kehidupan. Bahkan sikap diam adalah identitas dan perhiasan bagi golongan umat alim.
Di akhir kultum disampaikan Bambang Sulistya bahwa menjaga ucapan/lisan ibarat pisau bermata dua, bila digunakan pada hal-hal yang baik maka akan mendatangkan kemaslahatan (kebaikan), namun sebaliknya bila digunakan pada hal hal yang buruk maka kemudharatan pua (keburukan) akan mengiringinya. “Dan sikap diam adalah emas,” ucapnya.
Sebelum mengakiri pencerahan Bambang Sulistya menyampaika sebuah untuk kita semua.
Menyiram tanaman di taman Perumnas, airnya bersal dari masjid Nurul Falah, Janganlah berucap kalau membuat hati panas agar hidup kita jadi barokah.
Selesai kultum semua peserta dapat mengambil bibit buah buahan secara gratis di teras masjid agar dapat ditanam untuk memperoleh amal jariah.
Susana berubah jadi gayeng penuh rasa kekeluargaan ketika peserta yang mengikuti kultum sedang mengambil bibit karena bisa pulang sambil membawa oleh oleh bibit jambu krista. “Semoga berkah,” ucapnya. (*)

Baca Juga:  Status Tuan Rumah Piala Dunia U-20 Dicabut, Indonesia Perlu Perbaiki Persepakbolaan