Tlethong Sapi

“Berilah kail, jangan ikannya” adalah pepatah turun temurun yang menitikberatkan bantuan yang ingin diberikan ke orang lain harus bisa membuat orang tersebut mandiri serta tidak ketergantungan.

Saya sangat setuju dengan pepatah ini, karena bantuan dan bantuan langsung tunai () untuk warga miskin nyatanya telah membuat banyak orang makin bergantung terhadap bantuan dari pemerintah. Dan, bahkan tersebut malah menciptakan warga miskin baru karena banyak orang mampu yang pura-pura miskin.
Di Kabupaten , banyak penerima bantuan kail yang sekarang tidak bisa cari ikan di sungai, hal itu terjadi karena kail sebagai alat pencari ikan telah dijual alias “dimakan” layaknya ikan.
Seperti yang terjadi tahun ini, kelompok tani di tidak bisa menerima bantuan program Unit Pengolah (UPPO), padahal alat pembuatan itu sangatlah dibutuhkan oleh dikarenakan pemerintah pusat setiap tahunnya terus mengurangi kuota subsidi pupuk.
Bantuan program UPPO itu berwujud kandang, rumah kompos, bak vermentasi, kendaraan roda tiga, 8 ekor sapi, alat pembuat pupuk organik. Hewan Sapi dalam paket program UPPO ini adalah “alat” untuk memproduksi bahan baku utama pupuk organik yaitu tlethong alias kotoran sapi.
Ironisnya banyak sapi bantuan yang “hilang” dari kandang dan mengakibatkan UPPO yang dikelola kelompok tani tidak bisa berproduksi lagi.
Dari sejumlah peralatan UPPO, kenapa hanya sapi yang hilang? Karena hewan itu dianggap paling mudah untuk diuangkan dibanding harus menjual kandang.
Bantuan “hilang” tidak hanya terjadi pada sapi dalam program UPPO. Traktor dan alsintan bantuan pemerintah juga banyak yang hilang.
Pupuk merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kegiatan pertanian, tapi kenapa sapi sebagai “mesin” pembuat pupuknya malah dihilangkan?
Selain terdesak ekonomi hingga nekat menjual sapi bantuan, bisa jadi faktor usia petani di Blora (yang tidak lagi muda) lebih menginginkan bantuan pupuk langsung dalam bentuk subsidi, bukan alat pembuat pupuk.
Hal itu bisa mendekati kebenaran jika mengacu pada predikat yang masih disandang oleh Kabupaten Blora yaitu sebagai “lumbung ternak” di Jawa Tengah. Popolasi sapi di Blora bisa dibilang cukup besar yaitu 285 ribu ekor.
Jika satu ekor sapi menghasilkan kotoran tlethong rata-rata 10 sampai dengan 15 kg per hari, jika dikalikan 285 ribu ekor sapi maka dalam satu hari Kabupaten ini punya 285 Ton kotoran sapi yang tersebar di 16 kecamatan. Kalau diukur menggunakan bak truk, maka jumlah kotoran sapi yang dihasilkan sapi se Kabupaten Blora sebanyak 350 truk setiap harinya.
Andai saja mau belajar cara pembuatan pupuk organik yang sangat-sangat mudah dengan peralatan sederhana, sebenarnya petani di Blora sudah tidak perlu pusing lagi harus berburu pupuk subsidi pada setiap jelang musim tanam.
Disini, peran penyuluh pertanian sebagai ujung tombak pertanian perlu terus digerakkan untuk mendorong terwujudnya regenerasi petani.
***

Baca Juga:  Gubernur Minta Masyarakat Saling Eling lan Ngelingke, Bambang Sulistya: Gerakan 5M untuk Saling Mengingatkan