BLORA.-
“Tiada hari tanpa karya nyata, dimanapun dan kapanpun berada” sudah menjadi sesanti yang selalu digelorakan oleh H. Rajiman Santarko, Ketua Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kecamatan Jepon Kabupaten Blora, Jateng.
Sejak diberi amanah sebagai ketua PWRI kecamatan tiga tahun lalu, mantan anggota dewan dan matan camat yang memiliki hobi menyanyi dan berorganisasi itu telah menunjukkan kemampuannya dalam mengembangkan PWRI Kecamatan Jepon, dari 120 orang menjadi 230 orang anggota.
Dalam mengembangkan jumlah anggota PWRI Kecamatan Jepon, Rajiman menggunakan jurus SP (Silaturahmi Proaktif) yaitu pendekatan secara kekeluargaan dengan melakukan silaturahmi kepada para purna tugas bersama tim dari rumah ke rumah disertai membawa buah tangan.
“Silaturahmi membuahkan motivasi bagi pengurus dan anggota bisa guyub rukun, penuh rasa kekeluargaan serta siap nyengkuyung Sesarengan mbangun Blora,” ujar Rajiman.
Kegiatan memperingati HUT PWRI ke-61 berlangsung secara sederhana di Kantor PWRI Kecamatan Jepon, Selasa (15/8/2023).
Dalam sambutan ketua PWRI Jepon H. Rajiman Santarko menekankan pentingnya membangun kekompakan dan kekeluargaan dalam wadah keluarga besar PWRI serta menumbuhkan semangat bersyukur dalam menghadapi kehidupan sehari hari.
Pada kesempatan itu Rajiman mengatakan akan mengundang seluruh anggota PWRI Kecamat Jepon dan pengurus PWRI Kabupatan untuk menghadiri syukuran atas nikmat yang baru saja diterima, yaitu anak pertamanya terpilih kembali menjadi kepala Desa Gresi Kecamatan Jepon untuk periode kedua, juga anak mantumua sekarang jadi Plt Camat Randublatung.
Sementara itu Bambang Sulistya selaku Ketua PWRI Kabupaten Blora menyampaikan terimakasih dan mengucapkan puji syukur atas terselenggara kegiatan bersejarah pada hari itu.
“Karena baru kali ini PWRI Kecamatan Jepon mengadakan peringatan HUT PWRI sehingga membangun nuansa baru yang lebih bersemangat dan guyub rukun dalam menikmati masa purna tugas,” ujarnya.
“Saya mengerti bahwa H.Rajiman Santarko sosok pemimpin yang memiliki banyak talenta dan serba bisa, keistimaannya suka bergaul dan suka kepyur atau berbagi,” tambah mantan Sekda Blora itu.
Bambang mengaku kaget sekaligus bangga ketika dibacakan riwayat sejarah kelahiran PWRI, disebutkan ada tokoh sentral yang membidani lahirnya PWRI berasal dari Kabupaten Blora.
Pada waktu muda bernama Mas Sutardjo Karto Hadi Kusumo, lahir di Kunduran Blora 22 Oktober 1890 dan nama tuanya Kanjeng Pangeran Hariyo Sutardjo Kartaning Prang pernah menjadi Gubernur Jawa Barat dan mendapatkan penghargaan dari Pemerintah berupa Bintang Maha Putra Klas IV.Beliau meninggal 20 Disember 1976 di Jakarta.
“Selanjutnya saya juga mengingatkan agar setiap menyelenggarakan kegiatan HUT dapat membumikan sebuah akronim S2P2 supaya dinamika organisasi makin mantap,” tuturnya.
Adapun akronim S2P2 maknanya S1- Semangat untuk melakukan aktivitas positif dalam kehidupan sehari hari diharapkan makin meningkat tidak makin menurun.
Apalagi semangatnya hanya suka WTS (Waton Suloyo) terhadap keberhasilan sesama umat dan berbagai kebijakan atau langkah yang dilakukan oleh Pemerintah.
Ibarat dalam ungkapan jawa ojo seneng ngidoni Srengenge (jangan suka meludahi matahari) nanti basah sendiri.
Ada lima golongan manusia yang tidak boleh diludahi. Orang yang punya kekuasaan, Orang Kaya, Orang pinter, Orang baik dan Orang Edan.
Dengan semangat yang menggelora para pejuang 45 bisa mengusir penjajah dari bumi Nusantara dan mewujudkan Indonesia Merdeka. Semangat adalah kunci perubahan dan keberhasilan hidup.
S2-Siap berkorban untuk kebaikan dan kemuliaan hidup, terutama siap berkorban untuk membantu dan meningkatkan kesejahteraan bagi saudara saudara kita yang kurang beruntung.
Berikutnya, P1-Pantang menyerah tidak mudah putus asa dalam melakukan karya pengabdian di masyarakat.
Sebagaimana dicontohkan oleh para pahlawan kita dalam meraih kemerdekaan RI. Seperti dalam dalam ungkapan, tidak akan menyerah, lebih baik mati dari pada hidup dalam penjajahan.
P2-Punya harapan hidup yang positif bahwa hidup hari ini harus lebih baik dari pada hari kemarin dan hari esuk harus lebih baik dari hari ini.
“Ada patun untuk kita renungkan. Swasembada pangan karena perjuangan Petani, Tak kenal menyerah apalagi patah hati, Tanamkan harapan untuk hari ini, Semoga bahagia dan sukses di masa depan nanti,” ujarnya. (*).