Rembug Gayeng jelang Musim Giling 2023, Petani Berharap Pembayaran Tebu dari GMM Tidak Terlambat

.-

Menjelang dimulainya musim giling di Pabrik (PG) Blora Tahun 2023, Senin 17 April 2023 diselenggarakan rembug gayeng antara manajemen (GMM) dengan tebu di Rumah Kumpul GMM , Blora, Jateng.
Ketua Koperasi Petani (), yang hadir selaku pada acara tersebut, membuat catatan sebagai informasi untuk publik.
Disampaikan oleh Bambang, peserta yang hadir antara lain utusan para petani tebu wilayah , perwakilan pengurus Koperasi Petani Tebu, perwakilan dari APTRI, Kepala Dinas P4 Kabupaten Blora H. Gundala Wejasena beserta kepala bidang dan staf, Direktur Krisna Murtiyanto beserta Manager Tanaman Yudi Ardiansyah dan staf Bagian Tanaman PT GMM.
Agenda kegiatan diawali sambutan Kepala Dinas P4 Kabupaten Blora, sambutan dari perwakilan APTRI, sambutan Direktur Operasional PT GMM, Doa, Buka Bersama, Curhat Pendapat, Penutup.
Walaupun kegiatan Rembug Gayeng diselenggarakan dalam bulan Ramadan, mayoritas peserta yang sedang menjalankan ibadah puasa itu tetap bisa mengikuti pertemuan dengan suasana dinamis dan penuh semangat serta menghibur.
H. Gundala Wejasena yang memiliki banyak talenta diantaranya sebagai seorang seniman yang mahir membaca puisi, mengawali sambutannya dengan mengucapan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Bijaksana karena masih diberi kesempatan untuk mengikuti Rembug Gayeng untuk yang kedua kali karena tahun 2022.
dan penceramah yang tiga bulan lagi akan memasuki itu mengaku sebelumnya sudah pernah mengikuti pertemuan yang sama.
Dalam sambutannya Gundala menegaskan, bahwa keberhasilan dalam membangun pertebuhan di Kabupaten Blora sangat ditentukan tiga faktor utama yaitu Pemerintah Daerah, para petani dan pabrik gula.
“Ketiga faktor tersebut harus bisa bersenyawa dan bersinergi dengan baik melalui komunikasi yang harmonis dan intensif,” ujar Gundala.
“Sayangnya kenyataan tersebut belum dapat diwujudkan, karena saya sendiri merasakan sejak masa giling sampai selesai giling baru kali ini bisa bertemu lagi,” tambahnya.
Secara lugas Gundala mengutarakan, bahwa sebernanya sangat bangga terhadap kehadiran PG GMM di Kabupaten Blora. Karena dulu harapan masyarakat petani tebu keberadaan PG GMM akan makin mempercepat peningkatan kesejahteraannya. “Ternyata harapan itu tinggal kenangan yang sulit untuk dilupakan,” tandasnya.
Faktanya menurut Gundala, pada masa giling tebu 2022 harga tebu stagnan, pembayaran hasil penjualan tebu belum sesuai dengan komitmen, komunikasi antara PT GMM, para petani tebu dan dinas teknis terkait belum sesuai harapan.
Sehingga terjadi berbagai problema yang dapat merugikan semua pihak. Apalagi ada informasi banyak tebu produksi dari Blora yang dijual ke pabrik gula yang berada di luar Kabupaten Blora bahkan ada yang dijual ke pabrik gula di Jawa Timur.
“Sungguh ironis, dulu pabrik gula GMM dibangun untuk menampung dan menggiling tebu yang berada di Kabupaten Blora tetapi yang ada menjadikan kebanggaan terhadap PG GMM mulai menurun,” tukasnya.
Ditambah rendemen tebu yang dihasilkan oleh PG GMM juga menurun sama seperti pabrik gula lain yang umurnya lebih tua.
H. Gundala juga menyoroti peluang pengembangan tebu ke wilayah hutan ternyata juga belum mendapatkan respon yang baik, terbukti diberi kesempatan oleh pemerintah untuk mengelola lahan hutan 1000 ha hanya terealisasi 100 ha.
Berkali kali H. Gundala mohon maaf kalau dalam memberi arahan malah banyak mengkritik PG GMM masa giling tebu 2022 yang perlu ditingkat mantapkan dan tidak terulang lagi pada masa giling tebu 2023.
Sementara Anton Sudibdyo selaku perwakilan APTRI, mantan anggota Blora yang sering mendapat sebutan Petani Lemhanas karena satu satunya petani di Blora yang pernah ikut kursus di Lemhanas, langsung membuka imformasi bahwa di bulan April 2023 banyak bahan tebu dari Blora yang sudah digiling di pabrik gula di Kabupaten .
Menurut catatannya ada 100 rit- 150 rit tebu setiap hari keluar dari kabupaten Blora. Mbah Anton dengan cerdas dan kritis mengungkap kekurangan masa giling 2022.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah ketidakpekaan Pabrik Gula GMM terhadap petani tebu bahkan PG GMM cenderung cuek tak ada perhatian terhadap berbagai masukan yang berasal dari para petani.
Sedangkan keberhasilan pabrik gula juga sangat ditentukan oleh para petani tebu sehingga kedepan ia sangat berharap kepada pemangku manegemen PT GMM mau mendengar jeritan, keluhan dan curhatnya para petani tebu.
Mbah Anton mengingatkan, dahulu PG GMM menjadi kiblat dan teladan dalam pengelolaan tebu sehingga mampu menghasilkan rendemen tebu yang tertinggi di tingkat nasional.
Salah satu kiatnya adalah menerapkan standarisasi MBS potlot dan menjadi market leader dengan harga tebu yang menarik.
Rembug Gayeng dilanjutkan arahan Dirop Krisna Murtiyanto, dengan penuh rasa simpati dan senyum yang menyejukan menyampaikan permohonan maaf atas kekurangan pelayan masa giling 2022 dan ucapan terima kasih atas masukan dan kritik atas kinerja yang sudah diwujudkan pada masa giling tebu 2022.
“Semoga masa giling tebu tahun 2023 di PT GMM kekurangan yang ada dapat eliminer dan kinerja lebih baik,” ucapnya.
Ia menyampakan data produkasi tebu giling tebu yang telah di hasilkan oleh PT GMM mulai tahun 2018 sampai tahun 2022 ada kecenderungan dari tahun ke tahun terus menurun.
Tahun 2018 tebu yang tergiling sebanyak 388.000 ton dan tahun 2022 hanya 296.234 ton dengan rendemen 6,83% urutat ke lima tingkat nasional.
Menurutnya beberapa kendala dalam musim giling 2022 antara lain terhambatnya penjualan produk karena berkaitan transportasi antara Blora sampai ada 17 titik yang membuat angkutan terhambat dan jumlah curah hujan naik diluar prediksi.
“Hal ini menjadi penyebab utama kesulitan dalam pembiyaan pembayaran tebu dan menyebabkan redemen yang cenderung rendah,” paparnya.
Dalam sesi curah pendapat dipandu langsung oleh Manager Tanaman, Yudi Ardiansyah menjelaskan bahwa lahan tebu di Kabupaten Blora masa giling tebu tahun 2023 meningkat mencapai 4800 ha, sementara giling 2022 hanya 4300 ha.
Dalam agenda diskusi, Bambang Sulistya selaku ketua Koperasi Petani Mandiri Tebu (Manteb) diberi kesempatan untuk menyampaikan ungkapan perasaan dari para anggota koperasi dengan sebuah akronim KMP.
“Mungkin kalau mau mengikuti tren tahun maka KMP bisa dimaknai menjadi Merah Putih karena saat ini di elit politik di tingkat nasional telah muncul berbagai koalisi yang belum jelas pasangannya,” kata Bambang Sulistya.
Namun dalam Rembug Gayeng ini KMP maknanya, (K)-Kebanggaan para petani tebu Kabupaten Blora terhadap kinerja PT GMM kalau dalam masa giling 2023 pihak managemen PT GMM dapat menetapkan harga tebu yang menarik dan bisa membuat petani tebu gumuyu, serta pembayaran hasil penjualan tebu dibayarkan sesuai dengan komitmen.
(M)-Menjadikan petani tebu sejati bagi PT GMM sehingga forum komunikasi antara petani tebu dengan PT GMM dan pihak terkait selama masa giling tebu 2023 semestinya terus diwujudkan secara rutin dan berkesinabungan jangan sekali selama masa giling karena bisa dimanfaatkan sebagai wahana untuk penyampaian , uneg-uneg dan pemecahan masalah.
(P)-Perubahan dan perbaikan dalam masa giling tebu 2023 menjadi komitmen kita bersama diantaranya, tebu tamasya semakin berkurang karena adanya harga tebu menarik, tidak akan ada pembayaran tebu yang terlambat.
Adanya peningkatan pengawasan baik diinternal maupun dieksternal PT GMM, standarisasi kualitas tebu giling tetap dipertahankan sesuai ketentuan yang ada.
Kemudian penanya ke dua dari petani Tebu bernama Pardiman menyampaikan pertanyaan kelancaran pembayaran dan kondisi mesin giling yang sering rewel mocat macet.
Akhirnya hasil dari Rembug Gayeng dapat rumuskan diantaranya pelaksanaan kegiatan masa giling tebu 2023 PT GMM diharapkan lebih baik dari masa giling tebu 2022, baik berkaitan dengan harga tebu, waktu pembayaran, kesiapan mesin giling maupun dalam membangun komunikasi bahkan Direktur Opresional siap dihubungi setiap saat melalui telepon.
“Catatan istimewa bagi saya secara pribadi dalam rembug gayeng saya memberi apreasi yang positif kepada bapak Direktur Operasional ketika mendapat kritik pedas dari siapun peserta tidak membalas dengan kemarahan,” tambah Bambang Sulistya.
Namun hanya direspon dengan senyum dan ucapan terimakasih. Teladan positif tersebut patut dijadikan guru kehidupan disaat situasi saat ini orang mudah bersumbu pendek dan cenderung mata gelap serta ngamukan. (*).

Baca Juga:  Tambah Wawasan, KTNA Blora Stuba Swadaya ke Sanggar Rojolele dan Bengkel Sapi di Yogyakarta