Hindari Penyakit Musiman Melalui “Gerakan Petani Mandiri”

.-

Cuaca Blora yang cerah sikap optimis untuk maju dalam kehidupan spiritual harus tetap dimiliki agar bisa menjalani dan menikmati Tahun 2022 yang bernuansa omicron.

Caranya adalah, dengan menciptakan kebiasaan-kebiasan positif seperti halnya rajin bersilahturahmi disertai niat baik dalam setiap melangkah.

Ungkapan itu disampaikan , Ketua yang juga mantan Sekda Blora, Minggu (23/1/2022), ketika berkesempatan silaturahmi bersama tokoh andalan Blora, Anton Sudibdyo.

“Sabtu (22/1/2022), saya berkesempatan bersilahturahmi dengan seorang tokoh andalan yang sering disebut Lemhanas. Yaitu Anton Sudibdyo yang berdomisili Desa ,” ucapnya.

Anton Sudibyo yang mantan anggota , menurut Bambang merupakan satu-satunya petani Blora yang pernah mengikuti khusus di Lemhanas.

Anton yang sekarang mengelola lahan seluas 50 hektar, dikenal sebagai petani penyangga dan petani jangkar di Pabrik PT Gendis Multi Manis (GMM) Kabupaten Blora, pabrik gula moderen yang ada di Jawa Tengah.

Selain bertani tebu, Anton juga menanam lombok, padi, porang, dan talas yang sekarang lagi ngetren karena daunnya menjadi bahan utama rokok herbal.

“Sebagai Kyai Lemhanas Bapak Anton memiliki pemikiran cerdas, bahwa ke depan petani tidak boleh lagi terjangkit penyakit musiman,” tuturnya.

Maksudnya, selama ini setiap musim tanam tiba petani selalu dihadapkan pada penyakit berupa harga unorganik mahal dan terkadang masih terjadi kelangkaan. Harga benih naik dan harga pestisida tak terjangkau.

“Kedepan, petani harus bebas dari penyakit tersebut, sehingga harus ada upaya yang mampu menumbuhkan sebuah Gerakan Petani Mandiri (GPM) yang siap berdikari. Yaitu, berdiri di atas kaki sendiri untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi usaha tani,” jelas Bambang.

Sementara itu Anton Sudibyo mengajak kepada seluruh petani di Bumi Nusantara, khususnya para petani di Bumi Blora untuk segera beralih dari sistem pertanian konvensional menjadi sistem pertanian yang tidak lagi tiap tahun dihantui oleh harga pupuk yang makin mahal, bahkan terkadang masih sulit didapat.

Baca Juga:  Dalam Sepekan 2 Warga Jiken Tewas Gantung Diri, Ada Wasiat Minta Nisan Warna Merah

Disamping itu dengan sistem pertanian organik mampu menghasilkan produk hasil pertanian yang berkualitas, tentu dengan harga yang menguntungkan bagi petani sehingga dapat berkontribusi positif bagi peningkatan Kesejahteraan petani.

“Dengan penerapan pola pertanian organik akan terjaga keseimbangan ekosistem menjadi lebih baik dan melestarikan kesuburan tanah,” kata Anton.

Bahkan dengan beralihnya ke pertanian organik juga ikut mendukung kebijakan pemerintah tentang subsidi pupuk.

Diungkapkan oleh Anton, dengan beralih ke pertanian organik petani memiliki peluang usaha untuk mencapai kemandirian dalam hal membuat sarana produksi pertanian baik berupa pupuk dan pestisida organik dengan menggunakan bahan bahan yang sudah tersedia di lingkungan petani.

Untuk membuktikan ide cemerlangnya itu Anton saat ini sudah merintis pembuatan kompos cacing tanah atau yang sering terkenal dengan nama casting di laboratorium pekarangan rumahnya.

DIjelaskan oleh Anton, bahwa pembuatan kompos cacing tanah menggunakan bahan dari kotoran hewan, blotong limbah produksi pabrik gula, gedebok pisang, bekatul, dolomit dan dua jenis formula super.

Untuk menambah referensi berkaitan bahan kompos dapat menggunakan sisa sayuran dan dedanunan atau limbah organik lainya.

Kemudian jenis cacing yang digunakan pengomposan adalah lumbricus rubellus yang dibeli dari Malang lewat pembudidayaan cacing dengan harga Rp 75.000 per kg.

Selain menggunakan cacing juga bisa memanfaatkan bahan eisenia foetida dan pheretima asiatica.

“Mengapa menggunakan cacing dalam pengomposan. Karena cacing tanah dapat mempercepat proses pengomposan dengan mengurai bahan organik terlebih dahulu sebelum diurai oleh mikro organisme lainnya,” tuturnya.

Baca Juga:  Intan dan Novi Banjir Sawer dari Pengunjung Monosuko

Sehingga dalam proses pengomposan ini ada kerja sama antara cacing tanah dan mikro organisme. Hasil dari proses vermikomposting ini berupa Casting yang merupakan kotoran cacing berguna untuk .

Kandungan Casting mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti netrogin, phospor, mineral dan vitamin.

“Karena mengandung unsur yang lengkap,apalagi kalau nilainya C/N kurang dari 20 maka Casting dapat digunakan sebagai pupuk masa depan yang ramah dengan lingkungan,” ungkapnya.

Disamping itu cacing sendiri juga bisa memberi nilai tambah bagi peningkatan pendapat bagi petani. Karena bisa dijual sebagai bibit cacing juga dapat dijual untuk konsumsi makanan ikan yang kaya akan protein.

Anton juga sudah memanfaat hasil karyanya untuk tanaman talas bening, tanaman porang, alpukat, durian, anggur, klengkeng dan tanaman pisang cavendis dengan hasil yang menunjukkan penampilan vegetatif yang menggembirakan.

Dirinya terus mengenalkan dan mempromosikan karya pupuk masa depan kepada para petani di sekitarnya agar mau beralih ke pertanian organik.

Bahkan Anton kerap menghadirkan para ahli/pakar/dosen di bidang pertanian agar ada teknologi terapan yang bisa mendukung penerapan pertanian organik yang cepat diadopsi oleh para petani.

Cepat atau lambat bahwa kalau melihat kondisi perubahan yang begitu cepat dan komplek saat ini khususnya di bidang pertanian, maka menumbuhkan Gerakan Petani Mandiri adalah sebuah keniscayaan dan harus dimulai saat ini mumpung peluang masih terbuka luas.

Semoga Anton Sudibdyo memberi sentuhan rohani dan mampu menggerakan hati kepada siapapun yang peduli kepada para petani untuk sesarengan mbangun Pertanian dengan sistem organik.

Penyebaran luasan pupuk Casting juga dipublikasikan melaluhi siaran langsung Suara Tani di Blora. (*).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *