Korandiva – PATI.- Produksi bawang merah di Kabupaten Pati, Jawa Tengah mengalami penurunan yang sangat signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Para petani mengungkapkan kekhawatiran mereka akibat kondisi tersebut yang dipicu oleh berbagai faktor, termasuk cuaca ekstrim dan harga jual yang terus merosot.
Menurut para petani lokal, musim hujan yang tidak menentu dan curah hujan yang tinggi membuat tanah menjadi terlalu basah, sehingga menghambat pertumbuhan bawang merah. Selain itu, beberapa petani juga menghadapi kesulitan dalam mendapatkan bibit berkualitas yang dapat mendukung hasil panen yang optimal.
Salah seorang petugas di bidang Tanaman dan Holtikultura (TPH) Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati, Munjamil saat dikonfirmasi, Senin (27/01/2025) mengungkapkan bahwa kondisi ini telah membuat pendapatannya menurun drastis.
Ia mengatakan, penurunan harga bawang merah secara signifikan pada Tahun 2024 lalu. Penurunan terjadi pada Bulan Januari sampai Juli lalu.
Munjamil Menambahkan hasil bawang merah di Kabupaten Pati pada Tahun 2024 sebanyak 229.259.8o Kwintal
Angka tersebut menjadi perbandingan dengan tahun 2023 dengan total produksi bawang merah sebanyak 264.419 Kwintal.
“Pada bulan Desember 2024 Produksi bawang merah sebanyak 229.259.80 Kwintal. Capaian Produksi bawang merah tahun 2024 ini kalau dibandingkan dengan tahun 2023 memang benar mengalami penurunan. Penurunan kisaran 13,26% untuk produksinya,” ungkap Ketua Tim Hortikultura.
Faktor pengaruh tidak cuma pada harga, tetapi juga ada faktor lain seperti serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Ia mengatakan bahwa serangan OPT pada bawang merah paling sering terjadi selama musim penghujan. Selain itu, hasil produksi bawang merah cenderung menurun selama musim kemarau.
Menurutnya, jamurnya tinggi selama musim penghujan. Namun, ketika musim kering (kemarau) dimulai pada bulan April, Mei, Juni, dan Juli, kondisinya benar-benar pulih. “Selain itu, alih-alih fungsi lahan memiliki efek yang sama pada penurunan produksi. Para petani, seperti petani di Kecamatan Batangan dan Jaken, lebih suka menanam tanaman yang lebih menjanjikan dengan harga rendah,” ungkapnya.
Di daerah ujung timur Kabupaten Pati, petani lebih suka menanam tanaman tembakau. Dia menjelaskan, sebagian besar petani, terutama di Jaken dan Batangan lebih cenderung menanam tembakau, jadi ada alih-alih fungsi lahan bawang merah ke tembakau.
“Tandanya, walaupun masih banyak yang menanam, hal-hal ini terkadang membuat petani enggan menanam,” tambahnya. (*)