“Saya sampai bosan mendengarkan masalah ini, berapa puluh kali saja para vendor itu mengeluh pada saya,” ujar pimpinan Rapat Dengar Pendapat, Sahudi, dengan nada tinggi.
Buntut berkepanjanganya penyelesaian pembayaran invoice para vendor / subkon oleh PT. Rekind membuat anggota DPRD Bojonegoro turun tangan dengan menggelar hearing (rapat dengar pendapat) di ruang Paripurna, Rabu (11/5) pekan lalu.
Banyaknya surat pengaduan para vendor yang masuk ke meja dewan jadi masalah klasik, karena bukan kali ini saja subkon proyek Jambaran Tiung Biru melibatkan para senator di Bumi Malowopati itu.
Pembayaran vendor yang macet pada Pembangunan Proyek Jambaran Tiung Biru (JTB) yang dikerjakan oleh PT Rekayasa Industri (Rekind) memang sudah menjadi pergunjingan panjang di masyarakat, khususnya para vendor atau subkon.
Komisi B DPRD Bojonegoro akhirnya mempertemukan para pihak dengan mengundang perwakilan PT. Rekind dan PEPC agar benang kusut bisa diuraikan. Sahudi selaku pimpinan sidang membuka rapat dengan nada tinggi, karena proyek JTB yang dikerjakan oleh Rekind berada di daerah pemilihannya yaitu Dapil 5.
Hearing diikuti oleh GM Gas Project JTB, Ruby Mulyawan dari Pertamina EP Cepu bersama jajaran, Site Manager PT Rekind, Zaenal Arifin bersama jajaran. Sahudi Wakil Ketua DPRD Bojonegoro dari fraksi Gerindra, Sally Atyasasmi dari Fraksi Gerindra, Sigit Kushariyanto dari fraksi Golkar, Lasuri dari Fraksi PAN Nurani Rakyat Indonesia Sejahtera, Doni Bayu Setiawan dari Fraksi PDIP, dan Didik Trisetiyo Purnomo dari Fraksi Demokrat.
Sahudi sebagai pimpinan sidang sekaligus Wakil Ketua DPRD Bojonegoro mengancam akan menggeruduk kantor pusat PT Rekind yang ada di Jakarta bila pembayaran kepada vendor ini terus berlarut dan tidak ada kejelasan.
“Kalau sampai hal ini terjadi lagi, Rekind hanya berikan janji manis, kita semua Anggota Dewan akan geruduk Kantor PT Rekind yang ada di Jakarta,” tegasnya.
Sementara itu, Site Manager PT Rekind, Zaenal Arifin secara terpisah mengatakan, ada sekitar 105 vendor lokal yang ikut dalam pengerjaan di Jambaran Tiung Biru, dan tagihan yang masuk sekitar 70 persen atau sekitar satu trilyun lebih.
“Bukanya berdiam diri, kami juga ingin menyelesaikan semua ini sesegera mungkin,” kilahnya. (*)