Tidaklah mudah bagi orang lanjut usia (lansia) menjalani hidup di era New Normal yang rawan kesehatan dan kurang pengasilan.
Tapi tidak demikian bagi Sudadiyo, Sekjen PWRI Kabupaten Blora ini setiap harinya selalu menebar senyum baha-gia kepada siapa saja.
Seminggu sekali mengikuti kegiatan senam, seminggu 2 kali bersepeda bersama kawan-kawan pensiunan. “Saya sekali seminggu bersepeda ber-sama cucu,” ujar pria yang pernah menjabat kepala dinas tenaga kerja di Blora itu.
Kepada wartawan, alumni Fakultas Hukum Unair, Surabaya itu berbagi resep dan pengalaman, agar dapat hidup sehat dan bahagia.
Selain rajin olahraga, Sudadiyo tak lupa meng-amalkan doa perlindungan diri dua kali sehari. “Saya baca doanya setelah subuh, dan setelah Ashar,”, ujar pria kelahiran Boyolali 1947 itu.
Dengan membaca doa tersebut, Sudadiyo mera-sa mendapat perlindung-an dari yang Maha Kua-sa selama 24 jam. “Sewaktu-waktu dipundut, lnsyaallah Surga,” tegasnya.
Menurut Sudadiyo, ada unsur 7 M dalam dzikir atau do'a perlindungan diri, diantaranya: (1). Mendatangkan rodho Allah, (2). Mengusir syetan, (3). Menghilangkan Kesedihan, (4). Mendatangkan Kegembiraan, (5). Menguatkan rohani – jasmani, (6). Membuat hati & wajah berseriseri, dan (7). Melapangkan Rezeki.
Untuk menularkan kebiasaannya, Sudadiyo pernah memborong 2 doz kitab kecil berjudul “Dzikir Pagi Petang” di toko buku Semarang, dan sempat dibagi-bagikan kepada kawan-kawan sesama pensiunan. “Supaya teman-teman juga bisa mengamalkannya setiap hari,” ucap Dadiyo yang pensiun Tahun 2008 itu.
Manfaat yang jelas sudah dirasakan oleh Sudadiyo dengan mengamalkan doa perlindungan diri adalah dijauhkan dari rasa was-was. Walaupun di musim Corona, dia tidak pernah ragu melakukan takzia ke rekan yang meninggal. “Takzia itu kan kewajiban sosial, tetapi ya tetap menggunakan protokol kesehatan,” ujar Dadiyo.
Manfaat lain yang didapat adalah ketena-ngan bathin, termasuk masalah ekonomi. “Yang saya rasakan betul. Rah duwe duwit rasanya cukup, gak butuh apa-apa. Ketika butuh, ya cul ada uang, ya kecu-kupan,” paparnya. (nn)