PATI.-
Banjir seakan sudah menjadi langganan bagi warga Kabupaten Pati, banjir pasti datang setiap turun hujan, kondisi ini menjadikan warga sekitar pegunungan Kendeng merasa cemas dan was-was. Seperti yang terjadi dalam empat hari terakhir sejak Minggu (27/11/2022), warga di empat kecamatan, Sukolilo, Kayen, Gabus, Winong, dan Tambakromo mengalami musibah berupa banjir.
Air bah yang datang bercampur lumpur tersebut membuat warga sekitar cemas dan khawatir, karena hujan yang berlangsung sekitar 2 jam lebih itu membuat air bah yang datang tak nyaris tak terbendung. Beruntung guyuran hujan pada hari itu tidak membawa korban jiwa.
Hari berikutnya, Senin (28/11/2022) sekitar pukul 16.00 WIB, giliran Desa Sinomwidodo, Desa Keben, dan Desa Angkatan Kidul Kecamatan Tambakromo mengalami musibah serupa.
Menurut warga setempat, banjir kali ini adalah peristiwa keenam dalam sebulan terakhir. Hal itu seperti diungkapkan oleh Suhipto, warga Angkatan Kidul dan Zumrotun Warga Sinomwidodo.
Peristiwa serupa yang terjadi pada Selasa (29/11/2022) juga dialami warga Kecamatan Kayen. Hujan yang berlangsung sejak sore mengakibatkan banjir di beberapa ruas jalan Kayen – Sukolilo. Yang terparah adalah jalan menuju arah RSUD Kayen.
Kondisi seperti ini tampaknya menjadi PR serius bagi Pemerintah Kabupaten Pati dalam hal ini dinas terkait. Mengingat langkah tindakan yang diambil belum sepenuhnya efektif, juga dalam menyelesaikan permasalahan banjir yang terjadi di wilayah pegunungan Kendeng masih tidak sesuai harapan.
Salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengatakan, bahwa salah satu penyebab timbulnya banjir yg akhir-akhir ini terjadi adalah akibat penambangan liar dan alih fungsi hutan yang tidak sesuai peruntukan. “Penyebab lain karena pendangkalan sungai dan kurangnya drainase,” ujarnya.
Hari berikutnya, Rabu (30/11/2022) banjir bandang menyerang Desa Sinomwidodo Kecamatan Tambakromo. Banjir di desa ini merupakan yang terparah dan terburuk sepanjang sejarah. Selain mengakibatkan 3 rumah roboh, puluhan sepeda motor dan 8 mobil hanyut, dan ratusan rumah lainnya rusak, juga menimbulkan korban jiwa atas nama Sumirah (65 th).
Berdasarkan keterangan dari Rukimin, Kades Sinomwidodo banjir di desanya itu merupakan yang ke-7 dalam satu setengah bulan terakhir. “Sekitar 200 KK warga Sinom terdampak mas,” bebernya.
“Untuk jumlah kerugian kami belum bisa merinci karena saat ini proses pendataan masih berlangsung,” katanya.
Menurut Rukimin banjir dan kiriman air bah diakibatkan gundulnya hutan karena alih fungsi lahan yang seharusnya ditanami tanaman keras kini berubah menjadi jagung.
Sementara faktor pendangkalan sungai dan kurangnya drainase di desanya juga dibenarkan oleh Parjan, selaku ketua BPD Sinomwidodo. (*)