Korandiva-BLORA.– Ketua Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia (Adkasi), Siswanto, menilai banyak hal yang bisa diadopsi Indonesia dari kemajuan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Hal itu ia sampaikan usai menghadiri undangan pendidikan di Tiongkok selama 10 hari bersama 20 rekannya dari Indonesia.
“Tiongkok saat ini memegang 17 persen perekonomian dunia. Pendapatan domestik regional bruto (PDRB) mereka juga menjadi nomor dua di dunia,” ungkap Siswanto, Kamis (2/10/2025).
Menurut Siswanto, Indonesia sebenarnya memiliki banyak potensi untuk mengikuti jejak kemajuan tersebut. Salah satu kuncinya adalah pemerataan kawasan industri di berbagai daerah.
“Kata kunci sekarang adalah industrialisasi. Kawasan industri sangat urgent di daerah,” tegas Siswanto yang juga pimpinan DPRD Blora itu.
Ia menjelaskan, pembentukan kawasan industri akan mampu menyerap banyak tenaga kerja dan pada akhirnya meningkatkan PDRB daerah. “Dari tingginya serapan tenaga kerja, perekonomian daerah bisa lebih kuat,” tambahnya.
Setelah perencanaan industrialisasi di tingkat daerah, lanjutnya, pemerintah juga perlu memperkuat pemerataan pendidikan untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM).
“Peningkatan SDM di daerah akan memunculkan inovasi. Itu penting untuk menjaga stabilitas politik hingga tingkat desa,” terangnya.
Dalam kunjungannya ke Tiongkok, Siswanto mendatangi beberapa daerah seperti Provinsi Fujian, Xinghai, hingga Beijing. Ia menilai kawasan-kawasan tersebut memiliki sistem industri yang tertata dan sudah menggunakan energi terbarukan.
“Di Xinghai, industrialisasi bahkan sudah sampai ke pedesaan. Mereka menggunakan energi terbarukan, dan sistem pertaniannya pun sudah berbasis industri yang berdampak langsung pada perekonomian desa,” jelasnya.
Di Beijing, Siswanto juga bertemu dengan sejumlah profesor dan akademisi. Dari pertemuan itu, ia mendapatkan banyak pengetahuan terkait modernisasi, integrasi industri dari desa hingga pusat, pendidikan, serta inovasi berbasis energi ramah lingkungan.
“Ada banyak ilmu dan pengalaman langsung yang bisa kita terapkan di Indonesia,” pungkasnya. (*)