JAKARTA.-
Krisis ekonomi yang berujung pada krisis politik di Sri Lanka memiliki banyak faktor yang mempengaruhi. Meskipun faktor paling dominan, yakni gagalnya sebuah negara untuk membayar utang hingga terjadi kolaps.
Ekonom Senior Dr Rizal Ramli memperingatkan kejadian di Sri Lanka harus diwaspadai Indonesia. Utang negara Indonesia saat ini pun sudah sangat besar.
Dikatakan RR, sapaan Rizal Ramli, Indonesia harus membayar pokok utang sebesar Rp 400 triliun tahun ini, sedangkan untuk membayar bunga Rp 405 triliun sehingga totalnya mencapai Rp 805 triliun.
“Untuk bayar bunganya aja masih pinjam. Itu bukan gali lobang tutup lobang, tapi gali lobang tutup jurang,” ujar Rizal Ramli dalam Talk Show bertajuk “Catatan Demokrasi” pada Selasa malam (12/7/2022).
RR merasa heran jika ada yang membandingkan utang Indonesia dengan Amerika Serikat hingga Jepang, yang seolah utang Indonesia masih terbilang aman.
“Itu perbandingan super ngawur. Karena AS bisa nyetak dolar berapa aja karena dia super power. Begitu hegemoni super power-nya sudah enggak ada ya kolaps. Jepang beda, sebagian besar utangnya dalam negeri, net asset dia yang menghasilkan devisa banyak sekali, kalau kita (Indonesia) negatif,” tegasnya.
RR juga menceritakan ketika ia memprediksi perekonomian nasional pada tahun 1997 silam, ia dihakimi dan dibantah habis-habiskan oleh pihak Bank Indonesia. Namun nyatanya, dan sejarah mencatat Indonesia kolaps pada 1998, terjadi krisis moneter hingga orde baru tumbang.
“Indonesia aman begini-begitu, nyatanya rontok, analisa kita yang bener. Apa dampaknya buat rakyat? Untuk membayar itu harus diterbitkan Surat Utang Negara (SUN) dengan gild 6,5 persen. Akibatnya apa? Akibatnya uang yang berlebih disedot oleh negara,” tandasnya. (*)