Wayang, Esensi Ceritanya sesuai Dakwah Sunan Kalijaga

Masyarakat harus bangga dengan sebagai seni leluhur. Hal itu disampaikan Ketua Persatuan Republik Indonesia () Kabupaten Bam-bang Sulistya, Jumat (18/2) lalu.

Bambang mengaku bersyukur pada yang sejak pagi hingga waktu shalat Jumat diguyur hujan, ia kedatangan ta-mu yang membawa buah tangan istimewa, yaitu sebuah lukisan wayang Semar yang dilukis di atas kaca dengan pigura kayu jati khas Blora.

Lukisan itu hasil karyanya yang diniatkan secara ikhlas akan diberikan untuk kesenangan orang lain yang menyukai sosok wayang, Sang Pamomong.

“Kebetulan saya penggemar berat tokoh wayang Semar, sejak saya mulai bekerja tahun 1981. Saya tertarik tokoh wayang Se-mar karena figur ini selain seba-gai pengasuh juga sekaligus pe-nasehat para kesatria,” terang mantan anggota itu.

Setiap bertutur selalu menghibur sehingga orang yang sedih menjadi gembira. Orang yang sedang susah bisa tertawa.

Ucapan dan perilaku bisa jadi panutan oleh siapapun yang memiliki hati nurani. Sosok Semar yang selalu tumaninah mengawal kebenaran dan suara hati para pandawa sebagai representasi tokoh dunia putih.

Baca Juga:  Jaga Tradisi Leluhur, Pemdes Semlaran Malo Gelar "Manganan" di Sendang Gede

“Tamu itu bernama Siswoyo (64), kepala sekolah diperbantukan di SMP Rimba Taruna yang saat ini menjadi Ketua PWRI Kecamatan ,” jelasnya.

Siswoyo gemar wayang dan suka melukis sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Menurut Siswoyo, wayang adalah seni dan budaya yang adiluhung dalam .

Dilihat dari aspek falsafahnya, wayang merupakan gambaran kehidupan manusia yang mence-ritakan peperangan antara kebatilan atau angkoro murka dengan kebenaran.

Akhirnya kebenaran pasti akan menjadi pemenang. Ia mencotoh-kan dalam kisah Mahabarata kemenangan Pandawa terhadap Kurawa.

Menurutnya, berdasarkan pengalaman pribadi orang yang menyukai wayang tidak akan mengurangi keyakinan sebagai orang muslim.

Karena cerita wayang sudah sesuai dengan arahan dan esensi dari Kalijaga, salah satu wali songo penyebar agama Islam di Tanah Jawa.

Sunan Kalijaga menggunakan wayang sebagai media dakwahnya dengan mengenalkan Islam melaluhi pertunjukan wayang yang sangat digemari masyarakat.

Melalui wayang inilah Sunan Kalijaga menanamkan nilainilai ketauhidan, ajaran syariat, serta nilai akhlak berdasarkan agama Islam.

Baca Juga:  Canthik Prahu Rajamala yang Mistis

Dari ajaran Sunan Kalijaga inilah Islam yang rahmatan lil alamin, yaitu Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta bisa tumbuh dan berkembang dan sangat dicintai masyarakat.

Bahkan menurut ketua Majelis Ulama Indonesia () Shola-huddin Al-Aiyub, menjelaskan terkait Hukum wayang ini dapat dijelaskan melaluhi tujuan penggunaan wayang dan hukum Obyek wayang itu sendiri.

Pendapatnya, umumnya wa-yang dikenal secara luas digunakan dengan tujuan menyampaikan imformasi, nilai-nilai kebaikan hingga sarana dakwah Islam sehingga dari sisi ini tidak alasan yang membuat wayang menjadi haram.

Sesuatu yang bernilai positif hingga membawa kebaikan,maka sesuatu itu dalam Islam diperbolehkan bahkan diajarkan.

Adapun hukum Islam terkait objek wayang itu sendiri dalam Islam disebut mubah atau boleh, bukan menjadi yang dilarang.

Siswoyo menyimpulkan bahwa wayang dalam kehidupan di masyarakat adalah sebagai media hiburan, , penerangan, seni, pemahaman filsafat dan media dakwah. Karena wayang merupakan budaya adiluhung maka sepantasnya kita ikut uri-uri dan melestarikan warisan nenek moyang. (*).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *