Korandiva-BLORA.- Harga jagung anjlok, para petani di Desa Gedebeg Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora hanya bisa pasrah. Di penghujung bulan Agustus, harga jagung Rp 4.800 untuk kadar air 17 (kering tes). Harga itu harga gudang , kalau untuk harga dari petani yang dibeli tengkulak bisa lebih murah lagi, tergantung nego antara petani dengan pedagang.
Hingga panen, petani jagung menunggu tanamannya kurang lebih 120 hari atau istilah bahasa jawanya “telung lapan”. Panjangnya waktu itu untuk memanen hasil yang maksimal dan untuk mengurangi kadar air (KA).
Dengan harga yang tidak menentu dan cenderung murah, Andi seorang petani jagung asal Desa Gedebeg mengaku hanya bisa pasrah. “Rego jagung gur payu 3700 bar selep yen diitung-itung blas ora ono sisane, gur mbalekke modale sarasan, Pak. Wis bibitte larang , tenogo mundak kabeh terus panenne ora cucuk,” ujar Andi kepada wartawan ketika ditemui di tempat ladang jagungnya.
Harapan petani di wilayah Kabupaten Blora, harga jagung bisa stabil dan pemerintah melalui dinas terkait yang membidanginya untuk ikut mengawal harga sehingga petani jagung tidak rugi.
Salah seorang pemilik gudang jagung di Ngawen, Suprianto saat di wawancara wartawan soal harga jagung yang tidak menentu mengatakan, bahwa harga jagung cenderung menurun dan tidak stabil akibat pasokan jagung yang masuk ke pabrik pakan ternak (fedmil) sangat melimpah.
“Sudah hukum alam, Mas. Kalau banyak pasokan otomatis harga turun, dan apabila pasokan kurang otomatis harga naik,” pungkasnya. (*)