Status Tuan Rumah Piala Dunia U-20 Dicabut, Indonesia Perlu Perbaiki Persepakbolaan

.-

Sungguh tak pernah terbayangkan oleh seluruh bangsa Indonesia terkait badai kehidupan yang menimpa sepak bola Indonesia di dalam bulan Ramadan 1444 Hijriah.
Di bulan yang penuh ampunan, kemulian dan bulan penuh harapan akan terjadi bersejarah yang meluluh lantakan mimpi dan harapan bagi bangsa Indonesia, khususnys para pemain sepak bola, para pengurus sepak bola, suporter dan pencinta sepak bola di seluruh penjuru Nusantara.
Mereka meneteskan air mata sebagai refleksi perasaan duka nestapa, sedih, gundah, jengkel, mangkel (kecewa) dan marah bercampur bersenyawa menjadi satu.
Hal itu karena Indonesia sebagai tuan rumah U-20 dicabut dan dibatalkan oleh FIFA.
Tentu pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah tidak serta merta tanpa ada penyebabnya. FIFA memang tak menjelaskan dengan alasan yang pasti pembatalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. FIFA hanya menyebut Republik Indonesia gagal jadi tuan rumah karena situasi yang terjadi saat ini.
Adanya kegaduhan penolakan terhadap Timnas Israel yang bertanding di Indonesia. Meskipun Presiden Joko Widodo telah menegaskan dan memberi jaminan keamanan terhadap keikutsertaan tim sepak bola Israel namun fakta tetap saja ada Kepala Daerah (Gubernur Wayan Koster dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo) yang melakukan penolakan.
“Ibarat nasi sudah menjadi bubur kita tinggal menunggu sanksi berikutnya yang akan diberikan oleh FIFA,” kata , peminat dan pemerhati sepak bola, di Blora, Minggu (2/4/2023).
Yang jelas saat ini batalnya Indonesia jadi tuan rumah juga membuat status keikutsertaan Garuda Muda di Piala Dunia U-20 2023 dicabut.
Hal ini karena Indonesia lolos dengan status sebagai tuan rumah.Tim yang berhak wakil Asia karena maju ke semifinal adalah Uzbekkistan, Irak, Jepang dan Korea Selatan.
“Disamping itu kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 juga mengakibatkan empat kerugian,” tutur Bambang yang Ketua Blora.
Pertama rusaknya reputasi dan nama Indonesia dimata dunia internasional karena dianggap tak punya komitmen.
“Kedua, mubazir persiapan-persiapan yang telah dilakukan dan membuat kekecewaan berat dan putusnya harapan kepada para pemain sepak bola untuk berbuat terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia,” jelasnya.
Termasuk para suporter dan para pecinta sepak bola Indonesia yang merasa kehilangan hiburan dan kebanggaan terhadap pemain Indonesia yang bisa berlaga diajang internasional.
“Ketiga, adanya kerugian material akibat dana negara telah dikeluarkan untuk persiapan penyelenggara Piala Dunia U-20,” tambahnya.
Disebut Bambang dari berbagai sumber, Kementerian Pemuda dan untuk persiapan Piala Dunia U-20 dialokasikan dana Rp 500 miliar dan Kementerian PUPR menyuntik dana Rp 314 miliar untuk renovasi stadion.
“Keempat kerugian potensial, benefit atau keuntungan ekonomi yang bisa dihasilkan jika perhelatan itu bisa dilakukan di Indonesia,” lanjutnya.
Bahkan menurut peneliti Institute For Development of Economic and Finance (Indef) Nailul Huda mengukapkan Indonesia kehilangan potensi nilai ekonomi yang mencapai Rp 188 triliun menyusul gagalnya Indonesia jadi tuan rumah piala Dunia U-20.
Menyadari banyak anggota masyarakat yang kecewa dan sedih atas keputusan pencabutan FIFA tersebut sebagai bangsa yang besar Presiden Joko Widodo mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat agar menjadi momentum untuk berbenah diri dan memperbaiki persepakbolaan Indonesia terus berjalan dan berkembang kearah menjadi lebih baik dan profesional.
Sekaligus menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua bahwa olahraga sepak bola bisa menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa bukan menjadi alat untuk perpecahan bangsa sehingga meminta semua pihak tidak saling menyalahkan setelah Piala Dunia U-20 batal digelar di Indonesia.
Berkenaan tersebut, untuk menjadi catatan bersejarah ada ungkapan dan bentuk simpati dari berbagai elemen masyarakat yang pernah berkecimpung di dunia persepakbolaan di Bumi Blora Mustika atas terjadinya musibah dibatalkannya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
Seperti yang disampaikan Widarto atau nama panggilan Setek, dulu di tahun 90an sebagai pemain handal di Persikaba dan saat ini sebagai yang menangani olahraga di Dinas Kepemudaan, Olahraga Kebudayaan dan () .
“Sangat sedih bin prihatin karena kesempatan emas lepas bagi generasi muda harapan bangsa untuk tampil di pentas di ajang tingkat Internasional dan sangat mustahil peluang tersebut bisa terulang kembali,” ungkap Widarto.
Ia sangat berharap semoga duka sepakbola di Indonesia hanya sebatas pembatalan sebagai tuan rumah saja tidak ada sanksi lain yang berdampak pada partisipasi Timnas Indonesia untuk berkiprah ke level dunia.
Dirinya juga memberi spirit kepada para pemain untuk tetap semangat dan berprestasi.
Kemudian, Agus Puryanto yang saat ini berdomisili di Kecamatan Blora yang dari tahun 1995-2012 pernah berkecimpung menjadi pemain Persis Solo, Asyabab Surabaya, Persibat Batang, PSKPS Padang Sidempuan dan Persipur Purwodadi. Pada tahun 2014-2018 pernah menjadi manager Teknik Persikaba.
Ia sangat menyayangkan dan sedih kesempatan untuk jadi Tuan rumah Piala Dunia U-20 dibatalkan oleh FIFA, Perjuangan semua pihak yang ingin jadi tuan rumah jadi sia sia belaka lebih khusus impian para pemain U-20 musnah.
Dirinya memberi motivasi kepada seluruh pemain Timnas U-20 agar tetap tegar dan jangan putus asa badai pasti akan berlalu karena sepak bola sudah menjadi pilihan hidup maka harus tetap semangat dan yakin esok pasti akan datang hadiah dari langit yang memberi kesempatan yang lebih baik untuk berjuang demi kejayaan persepakbolaan Nusantara.
“Berharap tata kelola sepak bola di bawah Kepengurusan PSSI yang baru lebih bagus profesional dan komitmen dengan segala programnya,” harapnya.
Sementara H. Kunto Aji yang saat ini menjadi kepala Dinporabudpar Kabupaten Blora dulu pernah jadi pengurus Persikaba mengukapkan rasa gelo ketika harapan Indonesia menjadi tuan rumah piala Dunia U-20 gagal.
Secara singkat memberi semangat kepada para pemain Timnas U-20 dengan ucapan tetap semagat dan bersabar semoga Allah akan segera memberi peluang terbaik.
Lain halnya yang di sampaikan oleh H. Abu Nafi mantan Wakil Bupati Blora yang saat ini sebagai anggota Provinsi Jateng .
yang dikenal santun dan ramah kepada umat itu dulu tahun 1985-1987 pernah mimpin sepak bola Kurnia Putra di Blora dan sebagai wakil ketua Persikaba.
Selama mengelola sepak bola di Blora mampu mewujudkan yang luar biasa walau hanya menggunakan pemain lokal bisa lolos masuk di Galakarya tingkat Nasional.
Mbah Abu, sapaannya, juga pernah mimpin olahraga Panahan, Bulu tangkis dan dayung di tingkat Jateng tak pernah bergeser dari Blora, jadi di tingkat Jateng.
Saat ini merasa ikut prihatin dan sedih atas gagalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
Berharap karena semua sudah terjadi sebagai orang beriman tak perlu lama-lama disesali, mari segara bangkit dan optimis untuk terus menerima sebagai bekal kesuksesan dimasa yang akan datang.
“Selamat berjuang adik-adik pemain Timnas jadikan pelajaran yang sangat berharga dalam menggapai masa depan yang gemilang,” ungkapnya.
Selanjutnya ada K3 yang bisa kita peroleh atas musibah Kegagalan Indonesia mendapat amanah sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20.
Pertama komitmen adalah kunci utama untuk menjadi pegangan dan landasan dalam menunaikan tugas harus dapat kita jaga dan amankan sampai realisasi kegiatan terwujud. Kedua, komunikasi yang ramah lingkungan dan berdasarkan etika harus menjadi pegangan dari seorang pemimpin pemerintahan.
Jangan sampai memberikan pendapat atau statemen akan menimbulkan kegaduhan dan ketidakharmonisan di masyarakat. Seperti ungkapan di Jawa Lamun siro iso ngomong nanging ojo brebeki kuping (kalau anda bisa bicara jangan sampai memerahkan telinga).
Ketiga, kenetralan sikap agar dunia olahraga khususnya sepak bola tidak dijadikan alat untuk berpolitik.
“Akhirnya lagu “Hilang Permataku” bisa menjadi hiburan di saat tersadar bahwa hari ini saya masih menjalankan ibadah penuh dengan harapan semoga ke depan Persepakbolaan Indonesia makin jaya dan menjanjikan,” ungkap Bambang Sulistya, mantan Sekda Blora. (*).

Baca Juga:  Belum Ada Kontrak, Penebangan Kayu di KPH Blora Diduga Ilegal