BLORA.-
Ketua Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Blora, Bambang Sulistya mengaku tidak pernah menduga bakal menemui pemandangan unik dan menarik ketika melakukan kegiatan olahraga sepeda santai dan bersilaturahmi ke salah satu organisasi Pemerintah Daerah (OPD) Kabupaten Blora.
Seperti pada Minggu (5/2/2023) lalu, di halaman sebuah kantor terdapat sepasang patung bertuliskan dalam prasasti Monumen Nakertransos yang ditandatangani Soedadyo, mantan Kepala Disnakertransos setempat pada 26 Februari 2004.
“Barangkali keberadaan patung itu selain menambah keindahan lingkungan juga ada misi khusus yang ingin disampaikan dari kehadiran patung tersebut tentunya yang memahami adalah yang membuat patung,” jelasnya di Blora, Minggu (5/2/2023).
Menurut, H. Soedadyo mantan kepala Dinas Nakertransos yang memiliki multitalen dan aktif berperan lebih dari 15 buah organisasi kemasyarakatan termasuk diantaranya sebagai Sekretaris PWRI Kabupaten Blora, menceritakan bahwa ide dan pembuatan patung itu dari dirinya sendiri.
Semula patung tersebut dibuat saat menjabat jadi Mantri Polisi Kecamatan Jepon dan patung ditempatkan di batas kota kecamatan Jepon sebagai patung selamat datang.
Namun seiring perjalanan waktu dengan adanya penataan Struktur Organisasi Tata Kerja atau Susunan Organisasi Tata Kelola (SOTK) yang baru, ia diberi amanah sebagai Kepala Dinas Tenaga Kerja Tranmigrasi dan Sosial (Nakertransos) Kabupaten Blora sehingga patung dipindah ke dinas yang baru dengan merenovasi yang disesuaikan identitas nama dinas.
“Hanya membutuhkan waktu lebih dari tiga hari kegiatan memperbaiki dan memasang patung sudah selesai. Peresmian patung sebagai identitas kantor dilakukan oleh H. Basuki Widodo,” jelasnya.
Makna patung dijelaskan oleh H. Soedadyo, tangan yang mengadah adalah perlambang ikhtiar untuk memberi bantuan sosial kepada kaum yang belum beruntung, kemudian gambar dua petani laki-laki dan perempuan adalah kesiapan anggota masyarakat di Blora yang mayoritas petani untuk mengikuti program Transmigrasi.
Sementara gambar roda sebagai simbolisasi upaya menggerakan tenaga kerja agar dapat berkarya nyata menggali potensi Kabupaten Blora.
Sayangnya di tempat patung tersebut nama saat ini sudah berubah menjadi Dinas Perindutrisna dan Tenaga Kerja Kabupaten Blora.
H. Soedadyo sendiri selain memiliki keahlian membuat patung juga ahli melukis. Ia untuk mematangkan keahlian autodidak yang dimiliki tersebut juga berguru di Pulau Dewata selama lebih dari lima tahun.
Untuk menularkan ilmunya ia mendirikan Sanggar Putu Alip yang anggotanya terdiri dari para seniman muda dan berbakat di Kabupaten Blora.
Melalui sanggar tersebut telah beberapa kali setiap memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekan Republik Indonesia melakukan pameran hasil karya mereka bertempat di Blok T dan Lapangan Kridosono.
Saat ini Sanggar Putu Alip telah berubah namanya menjadi Paguyuban Perupa Blora dan ia sebagai penasehat.
Soedadyo menuturkan di era Orde Baru pernah mendapatkan tawaran dari Gubernur Jawa Tengah H. Munadi untuk membuat patung para Pahlawan Kemerdekaan RI dengan nilai anggaran Rp 400 juta
Sebagai seorang seniman autodidak yang sudah profesional dan berpengalaman saat ini masih memiliki gagasan atau ide cerdas semoga dikelak kemudian hari di Kabupaten Blora Mustika ada patung yang merefleksikan gerakan Visi Bupati Blora “Sesarengan Mbangun Blora”.
Menurutnya dengan hadirnya patung dapat dijadikan wahana bersejarah yang mampu sebagai motivator dan inspirator bagi masyarakat untuk ikut berperan serta dalam pembangun sekaligus sebagai promosi serta tempat rekreasi di era zaman swafoto bagi generasi masa kini
Mengingat, kata Soedadyo, patung memiliki fungsi sebagai dekorasi, kerajinan, arsitektur, religi, seni dan monumen yang dapat memberikan kontribusi positif bagi kegembiraan dan kebahagian masyarakat. (*).