Eco-Enzym Nusantara Perkenalkan Cara Pembuatan EE di Blora

.-

Manfaat Eco-Enzyme (EE) yang bisa berfungsi sebagai hingga mengobati bisul/luka gores, serta pembersih kamar mandi dan closet sudah sering didengar.

Bahkan ketika sedang ramai ramainya adanya musibah bagi para sapi karena terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku () ada peternak yang memanfaatkan Eco-Enzyme untuk penyembuhan dan pencegahan penyakit tersebut.

Tetapi ternyata tidak banyak masyarakat yang tahu cara pembuatan teknologi sederhana yang memiliki manfaat luar biasa bagi kehidupan sehari-hari.

Hal itu disampaikan oleh Pipit Windri Aryati Samgautama Karnajaya, selaku Ketua Eco-Enzym (EE) Nusantara Blora ketika mengadakan kegiatan pengenalan dan praktik pembuatan EE bersama peserta berasal dari ibu-ibu RT09/RW5 Kelurahan Kecamatan Blora , Selasa (11/10/2022).

“Ada yang memberikan predikat Eco-Enzyme merupakan cairan ajaib karena memiliki segudang manfaat,” ujarnya.

Dijelaskan oleh Pipit, bahwa Eco-Enzyme merupakan larutan zat organik komplek yang diproduksi dari proses fermentasi campuran sisa organik, dan air dengan formula perbandingan 3:1:10.

Limbah sisa organik berupa sisa buah-buahan seperti buah jeruk pamelo, jeruk Tanggel, jeruk madu siam , jeruk , jeruk purut, jeruk kunci, jeruk Baby, jeruk Sunkist, jeruk nipis, lemon, apel, semangka, sawo, mangga, manggis, alpukat, jambu biji, jambu madu, jambu cristal, daun padan dan daun sereh serta berbagai sisa sayur mayur.

Baca Juga:  Bimtek Kades di Jogja Diduga Ada Unsur Gratifikasi dan Korupsi

Respons para ibu-ibu yang mengikuti praktik pembuatan EE menujukkan sikap antusias, merasa senang dan kagum atas kegiatan tersebut.

Karena baru pertama kali mereka mengenal dan langsung mempraktikkan cara pembuatan EE. Apalagi nanti hasilnya akan memberi banyak manfaat dalam kehidupan mereka.

Di samping itu kegiatan pengenalan dan praktik pembuatan EE juga pernah digelar oleh Pipit Samgautama yang sehari-hari sebagai Ketua DWP DPPUR di aula Kantor Dinas PUPR dengan menghadirkan Ketua TP Kabupaten Blora Ainia Shalichah Arief Rohman, dan anak-anak pesantren Safinatul Najah Kecamatan Kabupaten Blora.

“Dengan harapan untuk mendidik generasi muda dalam upaya mendaur ulang sisa sampah organik yang berasal dari limbah dapur rumah tangga menjadi produk yang memiliki nilai tambah dan bermanfaat dalam menjaga alam semesta tetap lestari,” tuturnya.

EE pertama kali ditemukan dan dikembangkan di negara Thailand oleh Dr.Rosukon Poompanvong. Ia telah melakukan penelitian selama lebih dari 30 tahun.

Sejak 1984 Ia mendirikan Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Terbukti karyanya mampu memberi solusi praktis terhadap permasalahan lingkungan.

Pada 2003 ia menerima atas Eco-Enzyme dari FAO . EE merupakan cairan berwarna kecoklatan (muda/tua) berbau asam manis seperti bau khas fermentasi tape atau rice wine.

Berdasarkan info yang diambil dari berbagai sumber ternyata Eco-Enzyme dapat dimanfaatkan untuk , pengusir , mengobati bisul/luka gores, membunuh bakteri, mengobati luka bakar, gosok gigi/kumur, pembersih udara, membersihkan area dapur, membersihkan sayur dan buah buahan, mencuci rambut, mandi dan cuci tangan
Kemudian, mencuci pakaian, membersihkan kamar mandi dan closet, mencuci piring dan mengepel lantai.

Baca Juga:  Bukit Effendi: Saatnya Menjadi Orang Baik

Bahkan ketika sedang ramai ramainya adanya musibah bagi para peternak sapi karena terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) ada peternak yang memanfaatkan Eco-Enzyme untuk penyembuhan dan pencegahan penyakit tersebut.

“Kiprah yang telah dilakukan oleh Bu Pipit Samgautama dalam pengenalan dan pembuatan Eco-Enzyme ke berbagai lapisan masyarakat patut mendapatkan positif,” kata , tokoh masyarakat setempat.

Bahkan perlu mendapat dukungan dan sponsor agar pembuatan dan penggunakan Eco-Enzyme menjadi baru dalam mengatasi limbah sisa organik dalam kehidupan sehari-hari.

“Apalagi dalam situasi sulit seperti saat ini dengan memanfaat EE dapat melakukan upaya penghematan pengeluaran beaya dalam rumah tangga,” ungkapnya.

Sekaligus ada nilai religius yang dapat kita peroleh ketika dapat membuat EE yang hasilnya selain untuk menyelamatkan lingkungan juga dapat dibagikan secara gratis kepada siapa pun yang membutuhkan.

“Akhirnya melalui kegiatan pengenalan dan pembuatan EE dapat menebarkan semangat berbuat baik karena dapat menciptakan kerukunan, kekeluargaan, kesederhanaan dan kepekaan dalam kehidupan bermasyarakat,” kata Bambang. (*).