Kusrini: Kartini Kekinian Itu Justru Bisa Menopang Ekonomi Keluarga

BOJONEGORO.-

Pekik emansipasi sudah sering kali kita dengar, tak terkecuali untuk perempuan pinggiran yang lebih dimaknai lugu dan penurut tanpa peran juga tanpa kesempatan.

Hal itu tidak berlaku bagi seorang Kusrini, perempuan 38 tahun yang tiap harinya bekerja keras membantu ekonomi keluarga. Hidup di sebuah desa di utara , aktivitasnya akan membuat kita menggelengkan kepala.

Saat korandiva.co berkunjung ke rumahnya di Desa Kecamatan , disambutnya dengan ramah dan senyum khas wanita desa yang penuh ketulusan.

“Monggo mlebet, Mas. Njih ngeten niki griyo kulo, mblangkrah sedoyo (Silahkan masuk, Mas. Ya seperti ini rumah saya, berserakan semua: Jawa, Red), Rabu (20/04/22)

“Tiap hari saya jualan kopi, Mas. Kalau pas gini bukanya selepas tarawih. Selain itu juga ke hutan untuk mencari rencek (kayu bakar) dan pakan sapi, imbuhnya dengan nada lirih.

Di desa ya seperti ini, Mas. Perempuan tidak boleh berpangku tangan, apa yang bisa dikerjakan ya harus dikerjakan, karena sejak kecil orang tua mengajarkan kita bagaimana menjadi seorang yang tidak suka bermalas-malasan.

Baca Juga:  Jaga Kondusifitas Dan Antisipasi Penyebaran Kembali Covid-19, Polsek Ngasem Patroli Tempat Wisata

Perempuan yang hanya mengenyam hanya sampai bangku SMP itu mengaku tidak canggung mengerjakan pekerjaan yang seharusnya menjadi pekerjaan laki-laki.

Bangun pagi harus sudah di dapur, lalu membersihkan kandang sapi selanjutnya menyiapkan anak semata wayangnya yang saat ini beranjak remaja. Karena sang suami, Supriyono mengadu nasib di ibu kota sebagai sopir.

“Yang penting anak saya harus sekolah setinggi-tingginya, Mas. Jangan sampai dia seperti orang tuanya, yang hanya seorang sopir dan jualan kopi. Saya ingin anak saya seperti “R.A Kartini”. Meskipun dengan keterbatasan, harus sekolah karena pendidikan penting bagi masa depanya,” lanjut perempuan yang juga doyan tik tok kan itu menimpali.

Kartini kekinian bukan lantas mengabaikan kodratnya, tetapi tidak juga selalu melekat pada paradigma rapuh dan selalu mengeluh. Menurut Kusrini, Kartini masa kini harus bisa bahu-membahu untuk menambah ekonomi keluarga. Jangan berdiam diri dan hanya bisa menengadahkan tangan kepada suami.

Baca Juga:  PWI Bojonegoro dan Forkopimda Gelar Gowes Bersama juga Bagikan Bingkisan

Melihat rautnya pada siang yang lumayan terik itu, korandiva,co melihat, Kusrini adalah sosok pekerja keras. Perempuan yang lahir dan besar di Desa Semarang Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur itu selalu bangga akan perannya sebagai istri dan ibu yang ditinggal suami merantau.

“Sebenarnya saya tidak ingin suami merantau, Mas. Tapi mau gimana lagi, anak kami butuh biaya untuk sekolahnya yang tidak sedikit,” begitu ungkapnya sambil mengajak korandiva.co melihat hewan peliharaanya di kandang, yaitu dua ekor sapi dan tiga ekor kambing.

“Selamat hari Kartini, jangan menjadi perempuan yang selalu mengeluh, tapi buatlah hidup lebih berarti dengan lebih bermanfaat bagi sesama,” pungkasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *