BLORA.-
Gubernur Aceh Ir Nova Iriansyah MT menyampaikan usulan agar salah satu tokoh pejuang Aceh, Pocut Meurah Intan menjadi Pahlawa Nasional.
“Mudah-mudahan semangat kepahlawanan beliau dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia dan menggugah semangat kita semua dalam membangun negeri ini menjadi lebih baik lagi, apalagi jika beliau dapat diusulkan menjadi Pahlawan Nasional,” kata Gubernur Aceh saat dijamu makan malam oleh Bupati Blora, H Arief Rohman, S.IP, MSi beserta Unsur Forkopimda Blora, di Blora, Jawa Tengah, Rabu (16/03/2022).
Pada kesempatan itu, Gubernur Nova juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Jawa Tengah (Jateng) dan Kabupaten Blora, karena telah merawat dan menjaga makam Pocut Meurah Intan yang merupakan pahlawan perempuan asal Aceh.
“Dan Insyallah, tahun ini Pemerintah Aceh juga akan melakukan pemugaran terhadap makam Pocut Meurah Intan,” ujar Gubernur.
Nova menyebutkan, kunjungannya bersama rombongan ini dapat menjadi awal dari peningkatan hubungan kemitraan dan persahabatan antara pemerintah Aceh dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah serta Pemerintah Kabupaten Blora.
“Insya Allah, besok sebelum menuju ke kampus Akamigas, kami akan terlebih dahulu berziarah untuk mengunjungi makam salah seorang pahlawan perempuan asal Aceh yaitu Pocut Meurah Intan atau dikenal juga dengan nama Pocut Meurah Biheu,” kata Nova.
Ia menjelaskan, Pocut Meurah Intan merupakan sosok pejuang Aceh, salah seorang srikandi yang namanya masih begitu hidup di dalam dada masyarakat Aceh hingga saat ini, karena berkat kegigihannya perjuangan beliau mengusir penjajah dari Bumi Nusantara ini.
“Bersama suaminya, Tuanku Abdul Majid, Pocut Meurah Intan dikenal sebagai tokoh dari Kesultanan Aceh yang paling anti Belanda,” kisahnya.
Menurut catatan sejarah, kata Gubernur Nova, perjuangan Pocut Meurah terjadi di akhir abad 19 sampai awal abad 20. Pada 11 November 1902, beliau dikepung oleh serdadu khusus Belanda dari Korps Marchausse dan terdesak. Dengan dua tetakan luka di kepala, dua di bahu, sementara satu urat kening dan otot tumitnya putus, beliau terbaring di tanah penuh dengan darah dan lumpur.
“Namun beliau tetap tidak menyerah dengan rencong yang masih tergenggam kuat di tangannya. Semangat pantang menyerahnya ini ternyata sangat dikagumi Belanda, bahkan beliau diberi gelar Heldhafting atau yang gagah berani,” kata Nova.
Sehingga tambahnya, berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda, pada 6 Mei 1905, beliau beserta putranya, Tuanku Budiman, dan seorang anggota keluarga kesultanan bernama Tuanku Ibrahim diasingkan ke Blora, Jawa Tengah. Di Blora pula, Pocut Meurah Intan berpulang ke rahmatullah pada 19 September 1937, dan dimakamkan di Desa Temurejo.
“Atas nama seluruh masyarakat Aceh, kami menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Blora, yang selama ini telah memberikan perhatian dalam merawat dan menjaga makam Pocut Meurah Intan,” ujarnya.
Sementara, Bupati Blora, H Arief Rohman mengatakan mendukung penuh usulan Gubernur Aceh untuk dijadikan Pocut Meurah Intan menjadi Pahlawan Nasional. Dengan begitu, hubungan antara dua daerah ini akan semakin kuat, dengan harapan semakin banyak pula saudara-saudara Aceh yang akan malakukan kunjungan ke Blora.
Pemerintah kabupaten Blora dan keluarga besar Aceh di Blora merasa bahagia atas kunjungan Gubernur Aceh di Kabupaten Blora.
Apalagi, hubungan Aceh dan Blora punya kekuatan tersendiri, karena salah satu tokoh pejuang perempuan Aceh, Pocut Meurah Intan dimakamkan di Blora. “Kalau di Sumedang ada Cut Nyak Dien, sementara di Blora Cut Meurah Intan,” kata Bupati.
Kedepan, Bupati bersama pemerintah Kabupaten Blora juga akan melakukan kunjungan balasan ke Aceh agar kedua daerah ini bisa bersinergi.
Pada kesempatan itu, Bupati Blora juga menyematkan Gubernur Aceh “Iket Samin”, suatu tanda sebagai Warga Kehormatan Blora.
Hadir dalam rombongan itu, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh, Ir Mahdinur M.M, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Aceh, Syaridin S.pd, M.Pd, Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA), Almuniza Kamal, SSTP, MSi, dan Direktur PT Pembangunan Aceh (PEMA), Zubir Sahim. (*)