Korandiva-BLORA — Program Nature Based Solution Agroforestry resmi dimulai di lahan hutan Dukuh Gendongan, Desa Kedungrejo, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora, Selasa (28/10/2025). Kegiatan tanam pohon buah ini digagas Kementerian Pertanian bersama PT Pupuk Indonesia dan Duta Petani Milenial Unggulan.
Program ini menjadi langkah awal integrasi konservasi lingkungan dengan peningkatan kesejahteraan petani hutan sosial. Kick off ditandai dengan penanaman bibit buah di lahan 5 hektare, bagian dari target nasional 1.000 hektare dengan total bantuan Rp20 miliar untuk Blora.
Wakil Bupati Blora Hj. Sri Setyorini yang hadir dalam kegiatan tersebut menilai program ini sejalan dengan upaya mewujudkan ketahanan pangan dan konservasi air. “Dengan kolaborasi ini, Blora bisa menjadi lumbung pangan nasional. Target 1.000 hektare agroforestry kami kejar sampai 2026,” ujarnya.
Ia juga menyoroti kendala teknis di lapangan, seperti distribusi pupuk yang masih bergantung pada sistem niaga lama. “Kami berharap ke depan distribusinya lebih transparan dan berpihak pada petani,” tambahnya.
Perwakilan PT Pupuk Indonesia, Rosikin Busro, menegaskan komitmen perusahaan untuk memastikan ketersediaan pupuk dan pemberdayaan petani hutan sosial. “Kami mendukung kebijakan agar petani hutan sosial masuk sistem RDKK dan menerima pupuk bersubsidi,” katanya.

Sementara Sandra, Duta Petani Milenial Kementan, menjelaskan tujuan utama program ini adalah meningkatkan pendapatan petani tanpa mengorbankan kelestarian hutan. “Tanaman seperti mangga, kelengkeng, dan jambu bisa berbuah dalam tiga tahun, hasilnya untuk petani. Hutan tetap lestari, ekonomi tumbuh,” ujarnya.
Ia menambahkan, sistem agroforestry juga berperan menyerap karbon, menjaga siklus air, dan menanamkan kesadaran lingkungan bagi generasi muda.
Kepala Desa Kedungrejo Sutana menyampaikan terima kasih atas dukungan berbagai pihak. “Bantuan ini kami manfaatkan agar hutan kembali hijau dan hasilnya bisa dirasakan masyarakat,” katanya.
Perwakilan Serikat Petani Hutan Nusantara (SPHN) menegaskan kesiapan kelompok pesanggem merawat tanaman sesuai karakteristik lahan. “Bibit sudah disesuaikan dengan kondisi tanah dan iklim. Kami siap rawat agar tumbuh maksimal,” ujarnya.
Program ini juga menargetkan pemberdayaan petani hutan sosial agar mandiri, mencetak wirausahawan muda desa, dan memperkuat kolaborasi antara pemerintah, BUMN, dan masyarakat untuk pengelolaan hutan produktif berkelanjutan. (*)
