Korandiva-BLORA.— Suasana pagi di halaman Dinas Pendidikan Kabupaten Blora dipenuhi semangat yang membuncah. Ratusan siswa, guru pendamping, serta panitia tampak antusias mengikuti pembukaan Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N) tingkat SD Tahun 2025. Acara yang diselenggarakan oleh Seksi Pembinaan SD Dinas Pendidikan Kabupaten Blora ini menjadi ajang seleksi bergengsi menuju FLS3N tingkat Provinsi Jawa Tengah.
Dengan total 168 peserta dari 16 kecamatan, ajang ini bukan sekadar lomba, tetapi merupakan panggung ekspresi budaya, penguatan karakter, serta penanaman cinta tanah air melalui seni dan sastra.
Panggung FLS3N tahun ini menyuguhkan kekayaan tema yang luar biasa. Mulai dari tari tradisional, kisah-kisah rakyat, hingga ekspresi modern yang tetap mengakar pada budaya lokal Blora.
Penampilan dari SD Islam Ummina Tunjungan membuka acara dengan tarian “Jejak Riang di Tanah Jawa”, menggambarkan cerianya anak-anak yang belajar mengenal budaya leluhur. Diiringi alunan gamelan dan busana adat, penonton dibuat larut dalam atmosfer klasik yang menyegarkan.
Tak kalah menarik, SD Negeri 3 Cepu menghadirkan “Tari Nganti Surub”, kisah anak-anak yang bermain hingga petang tanpa sadar telah memasuki waktu magrib—sebuah simbol pamali dalam budaya Jawa, karna bermain sampai surub (magrib),maka rawan bagi anak anak mudah digoda makhluk halus.Dengan gerak teatrikal dan simbolik, mereka mengajak audiens untuk merenung akan pentingnya membimbing anak agar mengisi waktu dengan kegiatan positif.
Penampilan dari SD Negeri 2 Ngraho, Kedungtuban juga tak kalah memikat. Mereka membawakan Tari Kemang (Kedinding Manganan), menggambarkan tradisi makan bersama dalam semangat gotong royong. Sementara Tari Blangkrak Blarak berhasil mencuri perhatian karena kemampuannya menyulap tema kehidupan petani menjadi pertunjukan panggung yang atraktif.
“Ini pengalaman pertama mengikuti FLS3N. Saya berharap bisa membawa anak didik kami menjadi juara dan lolos ke tingkat provinsi,” tutur Adinda Ayu G.R., S.Pd., guru pembina dari SDN 2 Ngraho, penuh harap.
Tujuh Cabang Lomba, Satu Tujuan: Menemukan Bintang Blora
FLS3N Blora 2025 mempertandingkan tujuh cabang lomba, masing-masing dilaksanakan di lokasi berbeda:
-Tari di halaman parkir Dinas Pendidikan Kabupaten Blora
-Menyanyi Solo di Pendopo Pagelaran Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata
-Kriya di Gedung D Dinas Pendidikan
-Mendongeng, Menulis Cerita, Pantomim, dan Gambar Ekspresi di SMPN 6 Blora
Suasana penuh kreativitas dan energi positif mewarnai tiap-tiap cabang lomba. Para juri yang terdiri dari seniman, budayawan, dan akademisi menilai aspek teknis, orisinalitas, serta kekuatan pesan dari setiap karya.
Dukungan Dinas Pendidikan: “Bukan Sekadar Lomba, Ini Pembibitan Masa Depan”
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blora melalui Kepala Seksi Pembinaan SD, Buana Adi Nugroho, menyampaikan apresiasi dan harapannya terhadap gelaran ini:
“FLS3N bukan hanya soal lomba, tetapi tentang bagaimana kita memberi ruang kepada anak-anak untuk mencintai budaya mereka sendiri. Di tangan mereka masa depan budaya kita berada. Kami berharap para juara yang terpilih mampu membawa nama harum Blora di tingkat provinsi dan bahkan nasional.”ujarnya yang juga merupakan ketua pejabat pelaksana teknis kegiatan (PPTK)
Ia juga menegaskan bahwa kegiatan ini sepenuhnya didukung oleh APBD Kabupaten Blora Tahun Anggaran 2025, sebagai bukti komitmen pemerintah daerah dalam mendukung pembinaan seni dan karakter generasi muda.
Ajang FLS3N tingkat Kabupaten Blora menjadi batu loncatan penting bagi peserta terbaik yang akan mewakili Blora di tingkat Provinsi Jawa Tengah. Dengan kualitas karya yang ditampilkan, harapan besar disematkan pada siswa-siswa pilihan ini untuk membawa pulang prestasi dan mengharumkan nama daerah.
“Menang atau kalah bukan yang utama, tetapi proses dan semangat belajar melalui seni inilah yang akan membekas dalam jiwa mereka,” ujar salah satu juri.
Dengan semangat, kreativitas, dan kecintaan terhadap budaya, Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional 2025 di Kabupaten Blora telah menunjukkan bahwa anak-anak Blora bukan hanya belajar dari buku, tetapi juga dari gerak, suara, warna, dan cerita. Selama ada panggung seperti FLS3N, selama itu pula tradisi dan nilai luhur bangsa akan terus hidup — di hati generasi penerus. (*)