Korandiva-BLORA.- Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (G7KAIH) yang digagas Kementerian Pendidikan (sekarang Kemendikdasmen) bertujuan membentuk generasi tangguh menuju Indonesia Emas 2045. Program ini hadir sebagai jawaban atas tantangan yang dihadapi siswa, mulai dari penurunan karakter dan disiplin hingga problem kesehatan fisik maupun mental.
Hal itu disampaikan oleh Indraningsih Saraswati, S.Pd, guru Bimbingan Kon-seling SMP Negeri 1 Cepu, dalam wawancara eksklusif bersama wartawan, Jumat (3/10/2025).
“Sekolah hanya memiliki waktu 6–8 jam sehari mendampingi anak. Padahal karakter sejati anak dibentuk selama 24 jam penuh, terutama di rumah. Jadi, keberhasilan G7KAIH bukan hanya tanggung jawab sekolah, melainkan proyek bersama antara sekolah dan rumah,” tegas alumni UNIPMA PGRI Madiun 2021 itu.
Menurut Indraningsih, tujuh kebiasaan yang dita-namkan dalam gerakan ini adalah bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, rajin belajar, bermasyarakat, dan tidur lebih awal. Seluruhnya saling mendukung dan idealnya dilakukan secara utuh oleh anak.
Namun, ia menekankan tiga kebiasaan utama sebagai fondasi karakter, yakni beribadah, bangun pagi, dan gemar belajar.
“Kebiasaan ini menjadi dasar pembentukan karakter dan kesiapan anak. Meski begitu, tetap harus ditopang oleh kebiasaan lainnya seperti olahraga, makan sehat, bermasyarakat, dan tidur tepat waktu,” jelasnya.
Tantangan di Lapangan
Diakui Indraningsih, kendala utama penerapan program ini adalah kurangnya sinergi antara sekolah dan rumah. “Ada orang tua yang tidak tahu atau tidak peduli dengan program ini. Bahkan ada yang justru memiliki pola asuh berlawanan, misalnya membiarkan anak begadang atau memberi makanan instan,” ungkapnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, SMPN 1 Cepu menerapkan sejumlah strategi. Salah satunya adalah memperkuat komunikasi melalui buku penghubung atau jurnal karakter interaktif yang terhubung dengan wali kelas, serta menyediakan media digital untuk pemantauan. “Kami juga gencar melakukan sosialisasi, parenting class, dan mengajak orang tua aktif terlibat. Jadi ada transparansi perkembangan anak, baik di sekolah maupun di rumah,” tambahnya.
Sinergi, Kunci Keberhasilan
Indraningsih menegaskan, tidak ada satu pun dari 7 kebiasaan yang bisa berdiri sendiri. Sekolah wajib menguatkan kebiasaan gemar belajar, bermasyarakat, dan berolahraga. Sementara orang tua bertanggung jawab penuh pada kebiasaan tidur cepat, bangun pagi, beribadah, dan makan sehat.
“Fokus pembagian tanggung jawab ini penting supaya konsistensi bisa terjaga. Kunci utamanya adalah sinergi. Jika sekolah dan rumah berjalan bersama, maka kebiasaan ini akan menjadi karakter kuat anak,” pungkasnya. (*)