Korandiva-BLORA.- Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Blora, Sunaryo, menilai program Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (G7KAIH) yang digagas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah sejak 27 Desember 2024, belum berjalan maksimal di lapangan.
Program ini menanamkan tujuh kebiasaan positif pada anak: bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, rajin belajar, bermasyarakat, dan tidur lebih awal. Harapannya, anak-anak tumbuh menjadi generasi tangguh menyongsong Indonesia Emas 2045.
Namun menurut Sunaryo, implementasinya masih lemah. “Di sekolah masih bisa dipantau guru, tapi di rumah sulit. Misalnya tidur cepat atau bangun pagi, itu bergantung kesadaran orang tua,” katanya.
Ia menyoroti kebiasaan bermasyarakat sebagai tantangan terbesar. Anak-anak kini lebih banyak menghabiskan waktu dengan gawai dan media sosial ketimbang berinteraksi dengan lingkungan sekitar. “Anjangsana ke tetangga atau nongkrong di pos ronda sudah jarang. Anak-anak lebih suka mengurung diri di kamar dengan gawai,” tambahnya.
Selain itu, Sunaryo menilai sosialisasi program masih minim. Selama hampir 10 bulan berjalan, kampanye hanya sebatas banner atau pamflet di sekolah. Ia mendorong adanya gaung lebih besar, seperti lomba rutin atau kampanye terbuka. “Program ini bagus dan visioner. Jangan sampai berhenti hanya jadi slogan,” tegasnya, , Rabu (24/9/2025).
Dindik Blora pun mengajak semua pihak, mulai sekolah, orang tua, hingga stakeholder terkait, ikut menginternalisasi gerakan ini. Salah satu usulan yakni menjadikan kegiatan fisik seperti Senam Anak Hebat sebagai event rutin untuk mengampanyekan kebiasaan sehat dan disiplin.
“Kalau semua pihak terlibat, gerakan ini bisa membentuk karakter anak. Tapi kalau hanya berhenti di papan slogan, hasilnya tidak akan terasa,” pungkas Sunaryo. (*)