Minim Gizi, Menu Makan Gratis Dapur Bilqis Disorot: Isinya Hanya Roti, Pisang, dan Biskuit

Korandiva-.— makan siang gratis yang digelar di Dapur Bilqis, –Jatirogo, Desa Sendangrejo, , , mendapat sorotan dari berbagai kalangan masyarakat.
Sorotan tersebut muncul setelah beredarnya laporan bahwa makanan yang dibagikan kepada siswa sekolah hanya berisi roti, pisang, biskuit, dan sari kacang hijau. tersebut dinilai jauh dari standar gizi seimbang karena tidak mengandung unsur protein hewani maupun sayuran segar yang penting bagi pertumbuhan anak.

Padahal, salah satu tujuan utama dari program ini adalah meningkatkan kualitas gizi anak-anak usia sekolah serta mencegah —masalah gizi kronis yang masih menjadi tantangan serius di berbagai daerah di Indonesia.
Menanggapi kritik yang berkembang, Isra Miraja, Sarjana Penggerak Indonesia (SPPI) yang bertugas sebagai pendamping program makan siang gratis di Kecamatan , memberikan klarifikasi. Ia mengakui adanya miskomunikasi antara tim ahli gizi dengan tim pemorsian makanan saat persiapan menu.

“Tadi pagi memang terjadi miskomunikasi antara ahli gizi dan tim pemorsian. Kami mohon maaf atas kejadian ini. Ke depannya akan kami dan perbaiki agar tidak terulang kembali,” ujar Isra kepada Diva.

Meski pernyataan tersebut diharapkan dapat meredam keresahan publik, sejumlah pihak tetap meminta adanya evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program, khususnya dalam hal penyusunan menu bergizi yang sesuai standar.

Ketua Masyarakat Pengawas Keuangan Negara () Kabupaten Blora, Muhamad Fuad Musofa, turut menyampaikan kritik tajam. Ia menyoroti peran krusial ahli gizi dalam menentukan kelayakan dan komposisi menu yang diberikan kepada anak-anak.

ahli gizi patut dipertanyakan, karena mereka adalah ujung tombak dari program ini. Jangan main-main dalam memberikan makanan kepada anak-anak. Mereka adalah generasi penerus bangsa. Menu dan porsinya harus benar-benar diperhatikan,” tegas Fuad.

Sebagai program strategis pemerintah yang bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak usia dini, penyusunan menu makan siang gratis harus memenuhi standar gizi seimbang. Kualitas dan kecukupan gizi anak tidak boleh diabaikan dalam implementasinya.

Kejadian di Dapur Bilqis ini menjadi peringatan bagi seluruh pelaksana program serupa di daerah lain. Pemerintah daerah, pendamping lapangan, dan seluruh pihak terkait diharapkan dapat bersinergi lebih baik, agar tujuan utama program—mewujudkan generasi dan cerdas—benar-benar tercapai. (*)