Korandiva-PATI .– Absennya Bupati Pati Sudewo dalam berbagai agenda pemerintahan pasca demo akbar 13 Agustus 2025 semakin memicu spekulasi publik. Terbaru, pada upacara peringatan HUT ke-80 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang digelar Minggu (17/8/2025) di halaman Pendopo Kabupaten Pati, nama Sudewo sama sekali tidak tercantum dalam kursi undangan. Kursi tamu kehormatan justru diisi Wakil Bupati Pati Risma Ardhi Chandra, Kapolresta Pati, Dandim Pati, serta Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin.
Sementara di Semarang, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dijadwalkan menjadi inspektur upacara di Lapangan Pancasila, Simpang Lima. Upacara dimulai pukul 07.00 WIB dengan pengibaran Sang Saka Merah Putih oleh 35 anggota Paskibraka yang telah dikukuhkan sehari sebelumnya. Sedangkan Taj Yasin ditugaskan menghadiri upacara peringatan HUT RI di Kabupaten Pati sebagai perwakilan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
“Di Pati, Insyaallah,” ujar Taj Yasin usai melaksanakan ziarah ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Giri Tunggal, Semarang, Sabtu (16/8/2025). Menurutnya, ziarah itu menjadi bentuk penghormatan kepada para pejuang sekaligus refleksi menjelang peringatan 17 Agustus. “Ini bagian dari ziarah, insyaallah besok kita akan upacara bersama-sama,” tambahnya.
Kehadiran Taj Yasin di Pati semakin menegaskan kekosongan figur Bupati Sudewo dalam momentum kenegaraan. Terlebih, sehari sebelumnya, Sudewo juga tidak hadir dalam rapat paripurna DPRD Pati untuk mendengarkan pidato kenegaraan Presiden. Ketika ditanya awak media soal ketidakhadiran bupati, Wakil Bupati Risma Ardhi Chandra memilih bungkam dan langsung meninggalkan sesi wawancara tanpa menjelaskan apa pun.
Upacara HUT RI ke-80 di Pati yang dimulai pukul 08.30 WIB berjalan khidmat dengan rangkaian acara resmi. Namun absennya bupati meninggalkan kesan janggal. Tradisi sakral pengibaran bendera merah putih di tingkat kabupaten yang seharusnya dipimpin kepala daerah justru berlangsung tanpa kehadiran orang nomor satu di Pati.
Hilangnya Sudewo dari ruang publik sejak demo besar membuat publik kian bertanya-tanya. Di tengah gelombang tuntutan lengser, ketidakhadirannya dalam dua agenda kenegaraan berturut-turut dinilai sebagai tanda krisis kepemimpinan. Masyarakat kini menunggu, apakah Sudewo berani tampil menghadapi rakyatnya, atau justru terus menghilang di balik tekanan politik yang kian menguat. (*)