Korandiva – PATI.– Teater AS Sekolah Tinggi Agama Islam Pati (STAIP) sukses menggelar pentas produksi ke-5, Jumat (31/1/2025). Dalam karya terbarunya, Teater AS mengadaptasi naskah berjudul “Laras” karya Dukut W.N bercerita tentang kehidupan rumah tangga dua keluarga tetangga.
Karakter pada cerita dua keluarga antara keluarga menengah kebawah (Sumi dan Riyadi) serta keluarga menengah keatas (Agus dan Tiara) yang menjadi titik konflik alur cerita pementasan produksi tersebut.
Para lakon pementasan yang memberi energi positif pada pementasan produksi adalah sebagai berikut yaitu Ali Imron sebagai Agus, syakira sebagai Tiara, Meylina sebagai Sumi ,Usman sebagai Riyadi, Fida sebagai Ratna dan Clara sebagai Ayu.
Seperti kalimat “rumput tetangga lebih hijau” menjadi simbol problematika yang harus mereka hadapi, Agus yang diperankan oleh Ali Imron yang menjadi karakter sosok suami yang tergoda dengan kesederhanaan dan sikap Anggun dari sosok sumi istri Riyadi yang juga tetangganya sendiri.
Serta sosok Tiara istri Agus yang hanya mementingkan harta Milik suaminya saja menjadi latar belakang Agus merasa jenuh terhadap Istrinya, sementara kasih sayang dan perhatian yang diinginkan seorang suami tidak pernah di dapatkan kembali, sedangkan mereka menikah dilandasi dengan alasan saling cinta kala itu.
Pemberontakan rasa lelah Agus dengan berbekal kehidupan yang telah mapan Agus akhirnya berani mulai mendekati Sumi. Agus rupanya memahami kondisi keuangan keluarga sumi menjadi titik lemah dari tetangganya tersebut yang suaminya hanya pekerja tukang untuk kebutuhan sehari-hari.
Aksi Agus itu rupanya mulai diketahui oleh Tiara istrinya. Tiara mulai curiga saat tanpa sengaja melihat suaminya Agus berhenti di depan rumah Sumi. Kian besar kecurigaan Tiara terhadap suaminya ketika mendengar suaminya akan membeli burung yang dipelihara Riyadi Suami Sumi dangan Harga yang Sangat Tinggi.
Konflik semakin memuncak ketika Karakter Provokasi masuk yaitu Ratna dan Ayu, Mereka mengabarkan gosip akan fenomena pelet yang membuat hati Tiara kian terbakar dan semakin yakin bahwa suaminya dipelet oleh Sumi tetangganya. Tiara semakin curiga bahwa burung yang diberi nama Laras itu merupakan sarana pelet yang digunakan Sumi untuk mengaet Agus suaminya.
Awal perseteruanpun permula ketika kedua tetangga itu akhirnya berseteru. Beruntung Ratna dan Ayu berupaya meredakan masalah lantaran tak ingin dianggap provokator dalam masalah itu. Namun, bara amarah itu tampaknya tidak padam begitu saja. Saat melihat Agus dan suaminya kembali menggoda Sumi, amarah Tiara menjadi tidak terkendali, Beruntung suami Sumi Riyadi pulang ke rumah dan menanyakan penjelasan akan kronologi pertikaian istrinya dan tetangganya.
Akhirnya riyadi mencoba menjadi penengah dan menguraikan masalah pertikaian istri dan tetangganya. Agus memberanikan diri untuk jujur tentang ruamah tangganya yang mulai bosan dengan istrinya. Terutama akan kurangnya kasih sayang dari istrinya.
Pada akhirnya Riyadi menanyakan pada tetangganya akan landasan dan dasar mereka menikah apa sehingga pasangan itu menemukan kembali kesadaran akan ikatan rumah tangga yang sempat mengendur, Sementara Sumi merasa bersalah pada Riyadi lantaran sempat tak percaya pada suaminya itu dan hampir tergoda rayuan Agus.
Sumi tidak menyangka permintaan maaf akan penyesalan pada suaminya di balas Riyadi dengan memberi sejumlah uang. Sumi merasa terharu akan usaha suaminya yang selalu rela memberikan apapun untuknya sampai rela menjual burung kesayangannya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
“Jadi kisah ini mengingatkan kita tentang sawang sinawang. Segala sesuatu yang terlihat indah rupanya tak selalu indah begitu pula sebaliknya. Sehingga mensyukuri apa yang kita miliki itu menjadi hal yang penting,” Ungkap Difa Taufiqurohman selaku sutradara pementasan produksi tersebut.
Serta Eko Rismawan sebagai Asisten Sutradara dalam pementasan produksi itu, Eko menggarap pementasan tersebut dengan genre Realis serta penuh komedi. Hal itu terbukti membuat pementasan itu tampak menjadi lebih berwarna meskipun tak menghilangkan pesan moral yang harus disampaikan kepada penonton.
“Cerita semacam ini tentu banyak yang terjadi di masyarakat. Cukup dekat dengan kita. Namun kadang kita juga lupa. Sedang lewat kisah ini kita diingatkan untuk saling mengendalikan ego agar tercipta hubungan yang harmonis,” Ujar Eko Rismawan.
Erfina Kusuma sebagai Ketua Teater AS STAI Pati menambahkan bahwa pentas produksi tersebut menjadi bagian dari hasil pembelajaran proses kami dalam berkarya yang telah kami lalui selama tiga bulan terakhir ini. Sekaligus menjadi media ruang silaturahmi komunitas teater pati raya.
“Kami berharap lewat pentas produksi ini dapat semakin menguatkan keilmuan, sekaligus bakat berkesenian mahasiswa STAI Pati. Kami juga meyakini seni teater akan memberi banyak nilai positif bagi lulusan kampus ini, saat di masyarakat kelak dan menjadi media silahturahimi yang tidak akan terputus,” ujar Erfina. (*)