EMPAT partai besar yang akan menduduki kursi ketua dan wakil ketua DPRD Blora periode 2024-2029 adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golkar, dan Partai Gerindra.
Menuju pesta demokrasi Pilkada Blora 2024, ternyata keempat partai besar itu sudah mempraktikkan strategi politik test the water untuk mengetes psikologi dan reaksi publik tentang siapa yang layak diterima menjadi calon bupati (cabup) 2024-2029.
Diawali oleh PDI-P yang jelang akhir Tahun 2023 lalu mengumpulkan sejumlah kader di kantor DPC PDI-P Blora. Jagoan dari banteng moncong putih yang juga menjabat wakil Bupati Blora dan mencoba menarik simpati pendukungnya itu sempat viral ketika video bagi-bagi uang hingga ratusan juta rupiah tersebar di medsos.
Pada April 2024, DPD Partai Golkar Kabupaten Blora juga merilis dua nama bakal calon Bupati Blora untuk Pilkada 2024. Dua nama itu yakni Ketua DPD Golkar Blora Siswanto dan pengusaha gula, Lie Kamadjaya.
Sementara itu mantan bupati Blora Joko Nugroho yang gagal menjodohkan putranya untuk maju berpasangan dengan Arief Rohman, pada Mei 2024 mendorong Prayogo Nugroho alias Yoyok untuk ikut meramaikan bursa Pilkada 2024 melalui Partai Gerindra Blora yang dipimpinnya.
Pada bulan Juni 2024, baliho bergambar wajah Aan Rochayanto tersebar di sejumlah ruas jalan di wilayah Blora. Dalam baliho tersebut, tertera tulisan Aan Rochayanto calon bupati blora. Aan merupakan ketua umum relawan Jokowi Plat K sekaligus seorang pengusaha asal Cepu Blora.
Baliho Kisworini juga ikut mewarnai ruas-ruas jalan di Blora khususnya di wilayah Selatan dan Barat. Polisi wanita (Polwan) yang masih aktif bertugas di Mabes Polri ini tampaknya juga ingin turun di kancah perpolitikan kepala daerah di Blora.
Arief Rohman yang sudah lama dijagokan oleh PKB Blora, memastikan dirinya akan maju sebagai calon petahana berpasangan dengan Sri Setyorini yang merupakan kakak kandung Wakapolri, Komjen. Pol. Drs. Agus Andrianto.
Memasuki bulan Juli 2024, baliho pasangan Arief Rohman-Sri Setyorini tersebar merata di wilayah Kabupaten Blora de-ngan tagline “BLORA ASRI”, sesarengan mbangun Blora berkelanjutan.
Dalam kurun satu semester itu pula para nitizen berspekulasi memunculkan pasangan calon bupati dan wakil bupati di media sosial (medsos) diantaranya; Yoyok-Etik, Aan-Etik, Abu-Etik, Aan-Siswanto, Yoyok-Siswanto, dan Arief-Rini.
Tentu saja dengan banyaknya wacana pasangan calon bupati dan wakil bupati, publik Blora meyakini Pilkada Blora yang dilaksanakan pada November 2024 nanti akan berlangsung seru. Bisa tiga pasangan calon? minimal dua pasangan calon lah.
Namun hingga memasuki tahapan pendaftaran calon pada bulan Agustus, belum terdengar koalisi partai politik yang menyatakan siap mengusung calonnya pada Pilkada Blora 2024 kecuali koalisi PKB.
Bila akhirnya tidak ada lagi partai politik di Blora yang mendaftarkan pasangan calon selain PKB, bisa dipastikan dari hasil survey atau penjajagan melalui test the water yang pernah dilakukan, jagoannya mendapat persepsi buruk atau kurang disukai publik.
***