BLORA.-
Mantan Kepala Dinas Pertanian Blora, Bambang Sulistya mengunjungi Kabupaten Sleman untuk melihat langsung pemanfaatan urine sapi untuk pupuk organik cair, Minggu (16/7/2023).
Tempat yang dituju adalah rumah kediaman Sujati, mantan dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Desa Sardonoharjo Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sejak purna tugas Januari 2023, Sujati (dosen metologi penelitian dan statistika) itu lebih fokus di bidang pertanian dan perkebunan.
Jati panggilan sehari-hari, menceritakan bahwa urine sapi mengandung unsur unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman diantaranya mengandung Nitrogen 1%, Phospor 0,5%,Carbon 1.1%, air 92% dan berbagai zat yang berguna bagi kehidupan tanaman.
“Setelah urine tersebut diolah atau difermentasi selama 28-31 hari kandungan unsur hara tersebut meningkat unsur Nitrogen menjadi 2,7%, Phospor bertambah 2.4% dan unsur kalium menjadi 3.8 %,” jelasnya, Minggu (16/7/2023).
Ia juga telah mempratikan pengolahan urine sapi dengan mengunakan tong plastik yang diisi berbagai bahan diantaranya urine sapi 20 liter, gula merah 1 kg, berbagai jenis empon-empon (lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur) masing-masing 0,5 kg, EM4, air 5 liter.
“EM4 adalah merupakan bahan yang membantu mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan meningkat kualitas hasil pupuk organik,” terangnya.
Setelah proses pembuatan selama satu bulan baru pupuk cair tersebut bisa dimanfaatkan. Ia telah memanfaatkan pupuk cair untuk memupuk tanaman buah-buahan di antaranya tanaman nangka, duren, advokat dan mangga.
Penampilan tanaman setelah diberi pupuk organik cair tampak daun hijau, berbunga lebat dan sehat. Karena penggunaan pupuk cair hasil ramuan tersebut selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama.
Sebagai catatan penggunaan pupuk organik cair juga dianggap lebih minim patogen dibandingkan dengan menggunakan kotoran atau faeses sebagai pupuk organik.
Berdasarkan fakta tersebut ternyata pupuk organik cair yang berasal dari urine sapi juga memiliki peluang yang sama untuk meningkat kesuburan tanah.
Sementara ini gerakan penggunaan pupuk organik di Kabupaten Blora masih terbatas pada pengelolaan kotoran atau feses sapi saja. Kondisi itu menurut Bambang Sulistya, akan lebih hebat jika bisa memanfaatkan air kencing sapi yang selama ini masih belum mendapatkan perhatian istimewa sebagai bahan pupuk organik cair.
“Termotivasi sebuah ungkapan bijak, tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina dan sesungguhnya menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap orang,” ungkap Bambang Sulistya yang juga mantan Sekda Blora.
Disamping itu, saat ini Bupati Blora Arief Rohman dalam rangka memperbaiki kesuburan tanah dan menangkal ketergantungan petani terhadap pupuk unorganik menggelorakan gerakan penerapan pertanian organik.
Mengingat Kabupaten Blora merupakan gudangnya sapi Jawa Tengah. Dinas Pangan Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten (DP4) Blora menginformasikan populasi ternak sapi di Blora saat ini mencapai lebih dari 220.718 ekor sapi.
“Sementara seekor sapi akan menghasilkan kotoran hewan atau feses sebanyak 8-10 kg dan air kencing sapi atau urin sebanyak 10 liter per hari. Sehingga ketersediaan bahan utama untuk pembuatan pupuk organik sangat melimpah,” ungkapnya.
Menurutnya, orientasi pembuatan pupuk organik masih fokus mengolah kotoran padat belum menyentuh pemanfaatan air kencing sapi sebagai pupuk organik cair yang juga memiliki manfaat: meningkatkan kesuburan tanah dan kapasitas serap air tanah, meningkatkan aktivitas mikrobia tanah, meningkatkan kualitas hasil panen dan menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman. (*).