BLORA. – Kepala Dinas Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Menengah (Dindagkop UKM) Kabupaten Blora Sarmidi, SP.MM mengambil sikap cerdas dan taktis ketika melihat sendiri adanya fenomena setiap hari ratusan truk yang bermuatan tebu lewat di depan kantorna, menuju arah ke luar Blora. Dan, juga mendengar secara langsung jeritan petani tebu tentang harga tebu yang belum berpihak kepada petani.
Pihaknya langsung menggelar rapat kordinasi dengan berbagai pihak terkait guna mencari solusi.
Rapat diselenggarakan Senin (14 /6/2021) di Aula Dindagkop UKM Kabupaten Blora, diikuti peserta yang hadir dari unsur para petani penyangga, para Ketua KPTR Mustika Manis, KPTR Tunas Harapan Sejati, KPTR Mandiri Tebu (Manteb) dan KPTR Mandiri Sejahtera Bersama, Dinas Pertanian dan Ketahanan Blora, ketua dan anggota Komisi B DPRD dan 3 orang Wakil Ketua DPRD.
Pimpinan rapat langsung dipimpin oleh Kadin Dindagkop dan UKM. Dalam sambutannya, Sarmidi memohon kepada seluruh yang hadir agar pertemuan hari ini dapat memberi solusi terbaik atas persoalan harga tebu petani belum memberikan keberpihakan kepada petani.
Terbukti, kata dia, walau harga tebu pada hari Sabtu tanggal 12 Juni sudah dinaikan oleh PT GMM Bulog dari harga Rp 580.000 per kwt menjadi Rp 610.000 per kwt untuk tebu dari dalam Kabupaten Blora dan tebu luar dari harga Rp 600.000 per kwt menjadi Rp 630.000 per kwt, ternyata masih banyak truk bermuatan tebu lewat di didepan kantor keluar dari Blora.
Kesempatan pertama diberikan ke pihak PT GMM yang diwakili oleh Suyudi. Ia menjelaskan bahwa walau PT GMM sudah mulai giling pada bulan april 2021 namun dalam pelaksanaannya muncul berbagai kendala salah satunya adalah kerusakan mesin pabrik gula sehingga kinerja belum sesuai dengan rencana termasuk upaya peningkatan harga tebu.
Ia berkeyakinan akan tetap berupaya agar tebu Blora tidak lari bertamasya keluar Blora.
Berbagai tanggapan muncul mulai dari Achmad Soepaidi, mewakili petani mengatakan, kenaikan harga yang ditetapkan oleh PT GMM tebu belum sesuai dengan harapan petani.
“Apalagi PT GMM merupakan pabrik baru yang menjadi kiblatnya para petani Blora untuk bisa meningkatkan kesejahteraannya,” kata dia.
Kemudian ungkapan yang lain cukup dinamis disampaikan oleh petani winasis yang bernama Anton Soedibyo atau sering dijuluki Kyai Lemhanas.
Dirinya mengukapkan, sejatinya kalau pihak pabrik gula berpihak kepada kaum petani yang saat sedang mendetita karena dampak pandemi Covid-19 harga tebu sudah naik sejak awal. Tapi kenapa baru kali ini dinaikan dan kenaikan harga tebu saat ini juga masih belum sesuai harapan.
Apalagi PT GMM dulu dengan penerapan standarisasi MBS Potlot dalam manajemen pengelolaan tebu menjadi contoh bagi pabrik-pabrik gula di luar Blora.
Anton berharap ke depan para petani tebu dan pihak pabrik bisa bersenyawa menuju terminal kemakmuran.
Tentunya salah satu syarat adalah harga tebu selalu sesuai dengan harapan petani.
Tanggapan dari unsur KPTR diwakili dari KPTR Manteb dan KPTR Mustika Manis.
Bambang Sulistya, selaku yang mewakili KPTR Manteb menyampaikan hal sebagai berikut, mengingatkan bahwa dulu Pabrik Gula GMM didirikan prioritas utama untuk meningkatkan kesejahteraan petani tebu di Kabupaten Blora.
Dalam rangka memberikan kekuatan nilai bargaining bagi para petani oleh pabrik gula didirikan Koperasi.
Sehingga kalau hari ini tebunya petani Blora banyak dijual ke pabrik di luar blora alamat koperasi akan bangkrut.
Kemudian perlu diintensifkan komunikasi antar para petani dengan pabrik gula dan pihak terkait .
“Dengan harapan agar setiap persoalan petani segera teratasi dan tidak menimbulkan gejolak,” harapnya.
Kemudian mengenahi persoalan harga, melalui rapat hari ini hendaknya segera dapat ada jawaban dari pabrik gula.
“Kalau perlu hasil rapat segera dikirimkan secara tertulis ke Direktur Utama PT GMM BULOG,” kata dia.
Sementara usulan Eko A yang mewakili KPTR Mustika Manis memberikan gambaran harga tebu saat ini layak bisa diterima oleh para petani tebu Blora berkisar antara Rp 640.000 s/d Rp650.000 per kwintal tebu.
Adapun tanggapan dari DPRD yang diwakili Mustofa, meminta tolong agar pihak pabrik gula konsisten dalam pencairan dana hasil pembelian tebu dan untuk kenaikan harga tebu memberi batasan dalam satu minggu kalau tidak ada informasi kenaikan harga tebu maka Direktur PT GMM kita hadirkan rapat semacam ini untuk memberikan kepastian harga tebu.
Dalam mendorong kenaikan harga tebu perlu ada pembanding dari pabrik gula lain yang bernaung di BUMN agar bisa realistis.
Akhirnya oleh pimpinan rapat setelah mendengar berbagai masukan dapat diputuskan sebagai berikut.
Pertama harga kenaikan tebu yang baru saja dinaikkan oleh pihak managemen PT GMM belum sesuai dengan harapan petani Blora perlu ditinjau kembali.
Kedua, dalam batas waktu tertentu harapan dari dewan (Mustofa) didukung para petani dan KPTR satu minggu sudah ada imformasi kenaikan harga dari Pabrik Gula.
Ketiga, Pelaksana rapat kordinasi seperti hari ini akan digelar kembali manakala belum ada informasi mengenahi kenaikan harga tebu yg berpihak sesuai dg harapan petani tebu dengan menghadirkan Direktur utama PT GMM BULOG.
Demikian rapat diakhiri dengan suasana keluargaan makan bersama di Warung “Kandang.Macan”, Semoga upaya upaya tersebut membuahkan hasil yg manis kepada para petani tebu,karena ada ungkapan “Manis Tebuku Mulyo Uripku”.
“Saya memberikan apresiasi positif atas sikap cepat dan tanggap dari Kadin Didagkop dan UKM yang telah mengambil prakarsa menyelenggarakan rapat koordinasi untuk mencari solusi persoalan harga tebu yang kurang menguntungkan bagi petani tebu Blora dan juga memberikan penghormatan kepada DPRD yang secara antusias dan serius dapat menghadiri rapat, mencari solusi bagi persoalan yang menerpa kepada petani tebu saat ini, semoga dapat memberi kontribusi positif bagi peningkatan kesejahteraan bagi petani tebu,” kata Bambang. (*).