SEMARANG. – Istri Wakil Gubernur Jawa Tengah sekaligus Ketua Umum Badan Kerja Sama Organisasi Wanita (BKOW) Jawa Tengah, Nawal Arafah Yasin melakukan bakti sosial serta memberikan bantuan sembako, makanan ringan dan nasi kotak untuk warga Tambaklorok Semarang, Sabtu (6/3/2021).
Pada saat melakukan bakti sosial, Nawal merasakan tingginya semangat warga sekitar untuk kembali bangkit. Saat ini, warga sekitar dihadapkan pada dua keterbatasan yakni potensi bencana gelombang laut (rob) dan kondisi ekonomi.
Nawal menilai, semangat mengatasi kondisi ekonomi, terlihat dari hampir di setiap rumah terdapat ibu-ibu yang tengah mengupas kerang hijau untuk dijual. Adapula yang membudidayakannya, dari kegiatan itu mereka bisa menambah penghasilan keluarga dan meningkatkan ekonomi daerahnya.
Selain itu, sebagian masyarakat juga sudah meninggikan rumahnya sebagai upaya untuk beradaptasi tinggal di lingkungan yang sering rob. Bahkan, juga terdapat posko bencana gelombang laut di RT 01/RW 15.
“Degradasi lingkungan yang perlahan, menurut saya membuat warga di sini bisa survive dan bertahan untuk beradaptasi. Buktinya terlihat dari adanya beberapa rumah yang alasnya dibangun tinggi. Mereka juga memanfaatkan lahan yang ada genangan air untuk budidaya kerang hijau,” tutur Nawal.
Menurut Nawal, kehidupan yang dialami warga Tambaklorok bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak. Pelajaran untuk mengubah keterbatasan menjadi energi yang besar untuk bangkit dan bertahan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jawa Tengah, Retno Sudewi yang ikut mendampingi Nawal menambahkan, pemberdayaan ekonomi kaum ibu di Tambaklorok sudah termasuk baik.
Namun, pihaknya menerima informasi ada kasus pernikahan usia dini di Tambaklorok. Maka, pihaknya akan memberi perhatian untuk melakukan pencegahan pernikahan dini melalui program ‘Jo Kawin Bocah'.
“Meski boleh menikah dengan usia sesuai yang disyaratkan undang-undang (No. 16 Tahun 2019), tetapi untuk melahirkan sesuai kesehatan reproduksi yakni di usia 21 tahun. Untuk laki-laki 25 tahun biar mereka bisa mandiri dari segi ekonomi, dan psikisnya. Jadi semua harus terencana,” jelas Retno. (*)