BLORA.-
Bagi Dinda Dewi Ambarwati, menari merupakan pilihan hidup. Walaupun sekarang sudah berprofesi sebagai guru, wanita kelahiran 25 Desember 1999 itu masih tetap menekuni dunia tari dan rias wajah hingga saat ini.
Debut Dinda di dunia tari sudah tidak diragukan lagi, ketika masih SD sedikitnya sudah tiga kali tampil di TVRI Jateng. Prestasi lainya adalah mengikuti Kolosal Tari Denok di Kota Lama Semarang, serta mendapat juara 1 lomba tari tingkat provinsi Porsimaptar. “Kalau menari di acara kampus sudah tidak bisa dihitung lagi,” ungkap-nya.
Menurut guru yang kini mengajar di SMP Negeri 3 Kunduran itu, dia mulai tertarik di dunia tari sejak masih duduk di bangku kelas 1 SDN Karangjong Kecamatan Ngawen.
“Kebetulan SDN Karangjong memiliki sanggar bernama Sanggar Tari Renggo Budoyo,” kata wanita yang akrab dipanggil Bu Dinda tersebut.
Salah satu motivasi yang membuatnya terus menekuni dunia tari hingga saat ini adalah keinginannya untuk memberikan wawasan secara langsung melalui praktik hidup yang dijalani, bahwa ketika seorang anak menentukan pilihan menekuni dunia tari bukan berarti dia kehilangan masa depannya.
Dinda bersyukur bahwa keluarganya sangat mendukung sekolah seni tari yang dipilihnya. Di sisi lain, terkadang dia juga merasa sedih ketika mendengar cerita teman-temanya yang ingin sekolah seni tari namun terhalang oleh pandangan sebagian masyarakat dengan kalimat celaan, “Sekolah ning tari ameh dadi apa?” (sekolah di tari mau jadi apa?). (*)