BLORA.-
Beberapa istilah baru seperti Ordal, Etik, asam sulfat, belimbing sayur, carbon captur dan storage, slepet dan SGIE menjadi topik hangat dalam perbincangan di masyarakat. Seperti yang ada di Lapangan Kridosono Blora yang pada Selasa (26/12/2023) lalu ramai dipenuhi warga yang berolah raga. Sambil ngobrol ringan mreka bercanda ria tentang berbagai istilah baru yang lagi viral di media sosial.
Tanpa bermaksud untuk saling mengejek atau memojokkan, apalagi untuk merendahkan dan menghina, istilah-istilah baru itu dijadikan bumbu dalam candaan yang menghibur hingga membuat suana obrolan tambah gayeng.
Mantan anggota DPRD Blora, Bambang Sulistya mengaku tertarik dengan akronim SGIE yang muncul saat dilaksanakan debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) di Jakarta Convension Center (JCC) Senayan Jakarta (22/12/2023). “SGIE itu dimaknai State of The Global Islamic Economy,” katanya.
Dengan kelakarnya mantan Sekda Blora itu mengatakan bahwa pengertian SGIE saat ini sudah berkembang. “SGIE adalah Sego Goreng Iwak Endog yang bisa untuk mengatasi penyakit stunting,” ungkapnya.
Lepas dari semua itu karena saat ini tahun politik tentu kita sangat berharap agar pada saat pesta Demokrasi 2024 nanti bisa terwujud suasana penuh kedamaian, luber, jurdil, aman, lancar dan sukses.
Kalau mulai saat ini seluruh rakyat Nusantara yang sudah memiliki hak pilih bisa mengamalkan akronim SGIE dalam pergaulan hidup sehari-hari.
(S) – Sikap saling menghormati, saling memahami dan saling mengendalikan diri terhadap pilihan yang berbeda adalah hukumnya wajib. Karena berberda pilihan itu rahmat, sunatullah dan berkah bagi umat. Jangan ada doktrin beda pilihan itu musibah apalagi menganggap musuh yang harus dibantai dan dihabisi. Beda pilihan kita tetap saudara dan sedulur sak lawase.
(G) – Gunakan akal sehat dalam merespons informasi, berita dan kabar burung. Jangan mudah baperan apalagi mudah bersumbu pendek. Ingat ungkapan bijak berpikir dulu baru berbicara jangan sampai berbicara dulu baru berpikir. Hindari kalau bicara suka Asmuni (asal muni/bicara) dan emosi.
(I) – Indahnya kerukunan, kekeluargaan, kebersamaan agar terus digelorakan keselurahan elemen masyarakat sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
(E) – Empati adalah sikap bijak yang harus dimiliki setiap umat beragama untuk membumikan semangat saling asah, asuh dan asih di tengah suhu politik yang sedang membara dan sikap yang membabi buta.
“Salam seger waras guyub rukun atine seneng akeh kancane untuk umat di Bumi Samin Blora,” tuturnya. (*).