BLORA.-
Hujan deras yang melanda sejumlah daerah di Kabupaten Blora seminggu terakhir memakan korban jiwa. Tiga warga Desa Candi, Todanan yang sedang bekerja di sawah hanyut terseret banjir ketika berusaha menyeberangi sungai untuk pulang pada Selasa (28/11/2022). Mereka adalah Ahmad Rifai (54 th) dan istrinya Siti Maryam (35 th), kemudian Sulastri (47 th) yang merupakan tetangga dekat korban.
Informasi yang berhasil dihimpun wartawan di Desa Candi dan lokasi kejadian menyebutkan, pada siang hari naas itu, ketiganya sedang bekerja di sawah karena musim tanam padi. Namun hujan deras tiba-tiba turun sekitar pukul 15.00 wib, Ahmad Rifai dan istrinya berniat pulang bersama Sulastri yang merupakan tetangga dekat. Diduga ketiganya hanyut terseret banjir saat berusaha melintasi jalan penyeberangan berupa beberapa gorong-gorong yang dijajar di sekitar sawahnya.
Tidak diketahui pasti bagaimana kronologi saat kejadian ketiganya hanyut terbawa arus. Begitu sampai Magrib korban belum juga pulang, pihak keluarga dan tetangga mulai khawatir dan memutuskan menyusul ke sawah. Dua sepeda motor korban masih berada di dekat sawah, namun tidak ada jawaban ketika dipanggil-panggil oleh para kerabatnya. Pihak keluarga kemudian segera melaporkan situasi tersebut kepada Kepala Desa, Sugiyanto.
Setelah mendapatkan laporan dari Kepala Desa Candi, Polsek bersama Koramil, dan Camat Todanan beserta jajaranya segera turun ke TKP untuk turut melakukan pencarian terhadap para korban. Hasilnya, korban pertama bernama Siti Mariyam ditemukan dalam kondisi meninggal di sungai Kalisoko, turut desa Karanganyar sekitar 1 KM dari lokasi hilangnya korban.
“Korban ini ditemukan warga Kalisoko di persawahan yang kebanjiran pada pukul 10.00 wib” kata Kades Karanganyar Imam Widodo di lokasi kejadian, Selasa malam (28/11/2022).
Karena cuaca makin memburuk, malam itu warga dan pihak kepolisian serta pemerintah kecamatan terpaksa menghentikan pencarian.
Pagi harinya Basarnas dan Tim SAR berbagai ormas juga turut dikerahakn untuk di sepanjang sungai Kalimalang hingga kali Kemisik Pati. Sekitar pukul 7.15 wib, pagi, jasad Ahmad Rifai suami korban Siti Maryam ditemukan juga dalam keadaan meninggal di sebelah barat jembatan Dukuh Plabuhan Desa karanganyar, sekitar 3 KM dari TKP dan 2 KM dari ditemukanya jasad korban pertama.
Kedua korban suami istri ini mengalami luka lebam dan sobek hampir di sekujur tubuhnya akibat benturan benda keras selama hanyut. Setelah dilakukan pemeriksaan medis oleh pihak Puskesmas Gondoriyo-Todanan, keduanya langsung dimakamkan pada Rabu siang (30/11/2022).
Satu Korban Mengapung di dekat Lokasi Kejadian.
Penyisiran sungai Kali malang tempat lokasi hilangnya korban terus dilakukan oleh para petugas gabungan dan warga sekitarnya hingga radius 20 KM dari lokasi kejadian.
“Kami mencari korban sampai Kedungsapi dan Sungai Kedungjangan, Pati, dengan perhitungan arus selama hujan cukup santer,” kata Wagiman, salah satu SAR dari ormas di lokasi pencarian.
Kerja Keras TIM dan warga sepanjang hari Rabu tidak membuahkan hasil dan terpaksa dihentikan karena hujan sangat deras dan kali meluap menerjang sawah-sawah warga.
Pencarian baru dilanjutkan pada Kamis pagi (1/12) hingga petang. Namun lagi-lagi terpaksa harus dihentikan pada malam hari karena terkendala hujan.
Pada malam Jumat atau malam hari ke-4 kejadian, Kepala Desa Candi Sugiyanto menghimbau kepada warganya untuk bergotong royong melanjutkan pencarian korban Sulastri yang belum bisa ditemukan.
“Rencananya para pencari akan disebar di berbagai lokasi untuk melakukan pencarian kembali terhadap korban yang belum ditemukan,” kata Sumari, ketua BPD Desa Candi.
Diluar perhitungan, Sekitar pukul 08.15 wib, korban Sulastri ternyata justru ditemukan dalam keadaan mengapung di sungai tidak jauh dari lokasi hilangnya yaitu di atas aliran jalan penyeberangan, tempat para korban diduga hanyut.
“Ya memang di luar dugaan, karena ternyata korban terakhir ini justru berada di atas aliran lokasi hilangnya para korban. Sehingga lepas dari penyisiran,” kata Juwarman warga Candi.
Sulastri merupakan korban terakir dari 3 korban yang telah ditemukan. Sebelumnya, perempuan paruh baya itu menyusul suaminya yang sedang membuat lahan untuk ditanami padi. Namun ketikan sang suami mengajaknya pulang karena hujan, korban menolak dan memilih tetap melanjutkan tandur bersama tetangga dekatnya yaitu korban suami-istri yang ditemukan sebelumnya. Korban Sulastri meninggalkan suami dan 2 anak pereempuan.
“Yang satu sudah lulus SMK yang satu masih kecil sekolah di MI,” kata Eko, petugas PKH yang biasa mengurusi bantuan korban. (*)