Korandiva-BLORA – Di tangan dingin Agus Budi Sukrisno, mantan guru SMA Negeri Jepon yang kini menjabat sebagai Ketua RW V Kelurahan Karangjati, wajah Taman Perumnas berubah drastis. Taman yang dulunya biasa saja, kini menjelma menjadi ruang publik yang asri, ramah keluarga, dan sarat aktivitas warga.
Pada Selasa Wage, 14 Oktober 2025, Agus bersama warga kembali menorehkan karya baru dengan menambah rumah burung dara atau pagupon berbahan kayu jati berarsitektur unik. Pagupon ini menjadi daya tarik tersendiri, apalagi populasi merpati di taman tersebut kini mencapai lebih dari 100 ekor.
“Selain populasi burung merpati yang sudah cukup banyak, kehadiran pagupon juga membuat lingkungan terlihat semakin menghibur,” tutur Agus Budi Sukrisno yang akrab disapa Kyai Gaul.
Sejak Agus memimpin RW V, Taman Perumnas benar-benar bertransformasi menjadi ruang publik hidup. Pengunjung meningkat drastis hingga lebih dari 100 persen. Taman itu kini menjadi ikon kebanggaan warga, terutama bagi anak-anak sekolah — dari taman kanak-kanak hingga pelajar SMA — yang datang untuk bermain, berolahraga, belajar, bahkan membuat konten kreatif.
Setiap hari Minggu, taman ini dipenuhi oleh para ibu warga RW V yang rutin menggelar senam kebugaran, sementara hari Jumat menjadi waktu favorit anak-anak TK untuk kegiatan bermain dan belajar bersama.
Menariknya, semua perubahan ini tidak melibatkan dana dari APBD. Agus mengandalkan sumbangan sukarela warga melalui pendekatan persuasif dan spiritual. Ia dikenal piawai membangun komunikasi hangat, tak hanya antarsesama warga, tetapi juga dengan “pemilik langit”. Tak heran, sebagai imam di Masjid Nurul Falah Perumnas, ia dihormati sebagai sosok yang religius dan rendah hati.
Contohnya, dalam pembangunan pagupon merpati senilai sekitar Rp3 juta, bantuan spontan datang dari dua warga dermawan, Hj. Ratna Murtiningsih dan Hj. Endah Larasati, yang keduanya dikenal sebagai pengusaha sukses.
Secara keseluruhan, nilai pembangunan dan penataan taman, termasuk fasilitas bermain, telah mencapai lebih dari Rp35 juta, semuanya berasal dari partisipasi masyarakat.
Semangat guyub rukun dan paseduluran saklawase pun tumbuh di lingkungan RW V. Warga tak hanya menikmati hasil pembangunan, tetapi juga merasa memiliki dan menjaga bersama.
Dukungan datang dari berbagai pihak. H. Sutardi, SH, MM, mantan pejabat Pemda Blora, menilai Agus sebagai pemimpin yang punya banyak ide dan langsung mengeksekusi dengan melibatkan masyarakat.
“Dia turun langsung dan mampu menggerakkan partisipasi warga. Ini bisa jadi role model dalam membangkitkan kebersamaan dan kerukunan,” ujarnya.
Sementara Ir. H. Bambang Sulistya, M.MA., sesepuh RW V sekaligus mantan Sekda Blora, menyebut kepemimpinan Agus sebagai penerapan nyata dari “manajemen GG” (guyub dan gotong royong) yang tak bergantung pada dana pemerintah.
“Semoga kiprah seperti ini menjadi inspirasi di tengah kebijakan efisiensi pemerintah,” katanya.
Dari taman kecil di sudut Perumnas, lahirlah pesan besar tentang arti kepemimpinan warga yang tulus: membangun tak harus menunggu bantuan, asal hati dan niatnya searah — untuk kemaslahatan bersama. (*)