Korandiva-BLORA.- Subuh baru saja merekah di Pendopo Rumah Dinas Bupati Blora, Minggu (16/11), ketika ratusan jamaah perlahan memenuhi serambi. Udara pagi yang lembap seperti membawa ketenangan tersendiri. Di antara lantunan doa dan dzikir, ada harapan yang pelan-pelan tumbuh—harapan untuk masa depan ratusan anak yatim piatu di Kabupaten Blora.
Pada edisi November 2025 ini, Program Gastra atau Gerakan Subuh Sejahtera kembali digelar Pemerintah Kabupaten Blora bersama Badan Amil Zakat NASIONAL (Baznas). Program yang dilaksanakan sebulan sekali—selapanan—itu bukan hanya menjadi wadah ibadah Subuh berjamaah, tetapi juga gerakan sosial yang semakin kuat mengakar.
Ketua Baznas Kabupaten Blora, Sutaat, mengungkapkan bahwa kegiatan sedekah subuh kali ini mampu menghimpun dana Rp5 juta rupiah, seluruhnya berasal dari ASN jajaran Pemkab Blora, termasuk sektor pendidikan dan kesehatan.
“Dana ini tidak kami masukkan ke kas Baznas. Kami kelola terpisah khusus untuk santunan anak yatim piatu yang datanya kami peroleh dari Dinas Pendidikan,” terang Sutaat.
Tahun ini, santunan disiapkan untuk 160 anak yatim piatu dari 16 kecamatan, yang namanya ditetapkan melalui masing-masing Korwil Bidik Kecamatan. Namun karena keterbatasan waktu dan jarak, santunan hanya diserahkan secara simbolis kepada enam anak yang hadir mengikuti Subuh berjamaah. Sisanya akan didistribusikan langsung ke korwil kecamatan.
Harapan sederhana menyertai santunan ini: agar anak-anak itu bisa terus bersekolah, agar perjalanan mereka tidak terhenti hanya karena ketiadaan orang tua.
Bupati Blora, Arief Rohman, yang akrab disapa Gus Arief, tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya melihat Gastra kembali berjalan rutin. Bagi dirinya, Gastra bukan hanya program, melainkan ruang batiniah bagi masyarakat untuk berdoa sekaligus meneguhkan kebersamaan.

“Alhamdulillah, Gastra edisi November berjalan lancar. Ini adalah ikhtiar batiniah kita bersama agar Blora ke depan semakin berkah, maju, dan selalu dalam lindungan Allah SWT,” ucapnya.
Ia menyadari, perjalanan pembangunan daerah bukan tanpa tantangan. Tahun 2025 tinggal menyisakan satu setengah bulan, sementara 2026 sudah menunggu dengan ancaman pengurangan Anggaran dari pemerintah pusat.
“Kita harus memaksimalkan setiap lini agar pelayanan publik tetap berjalan. Tidak hanya membangun lahiriah, tetapi juga batiniah,” tegasnya.
Kepada para ASN dan para donatur yang rutin bersedekah di waktu subuh, Gus Arief menyampaikan apresiasi mendalam. Ia menyebut sedekah subuh sebagai amal yang pahalanya luar biasa dan menjadi energi moral bagi pembangunan daerah.
“Terima kasih kepada semua yang telah berkontribusi. Semoga Gastra terus membawa kedamaian dan keberkahan untuk Blora,” ujarnya.
Gastra tak berhenti pada kegiatan Shalat Subuh berjamaah. Tradisi itu diperkaya dengan istighosah Dzikrus Salikin, santunan anak yatim, dan tausiah agama. Di balik kesederhanaan pelaksanaannya, Gastra perlahan membangun budaya kepedulian di masyarakat.
Subuh itu, langit Blora tampak lebih cerah. Mungkin karena doa-doa yang terpanjat, atau mungkin karena senyum anak-anak yang kelak menerima manfaat dari kepedulian para dermawan. Yang pasti, Gastra telah menjadi ruang kecil tempat harapan disemai—bulan demi bulan, selapan demi selapan. (*)



