Korandiva-KUDUS.– Program rutin Obrolan Seputar Mahasiswa (OBSESA) kembali digelar di depan Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus (UMK). Kegiatan ini merupakan program kerja Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UMK yang bekerja sama dengan sejumlah Organisasi Mahasiswa (Ormawa).
Pada edisi kali ini, BEM KM UMK menggandeng dua Ormawa, yakni Forum Mahasiswa Islam (FORMI) dan Persekutuan Mahasiswa Kristen Katolik (PMKK). Mengusung tema “Merajut Persaudaraan dengan Menumbuhkan Rasa Toleransi”, kegiatan tersebut sukses menarik perhatian mahasiswa, terlihat dari antusiasme peserta yang memadati lokasi diskusi.
Dua narasumber dihadirkan, yaitu Zaenal Afifi, S.E., M.Si., Ak. dan Pdp. Amor Patria, S.Th. Kehadiran keduanya menjadi simbol nyata toleransi lintas iman, sejalan dengan tema yang diangkat.
Dalam forum yang berlangsung hangat, kedua pemateri membahas berbagai aspek toleransi, mulai dari pengertian hingga penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
“Toleransi merupakan sikap menghargai dan menerima perbedaan pendapat, keyakinan, serta pandangan orang lain, meskipun bertentangan dengan diri kita sendiri,” ujar Pdp. Amor Patria.
Ia menegaskan bahwa menumbuhkan sikap toleransi bukanlah proses instan.
“Toleransi perlu dikembangkan secara berkesinambungan dari waktu ke waktu,” tambahnya.
Menurut Amor Patria, tema diskusi ini menggambarkan hubungan erat antara persaudaraan dan toleransi.
“Ketika seseorang memiliki ikatan kekeluargaan yang kuat, ia akan lebih mudah menerima dan menghargai perbedaan,” jelasnya.
Sementara itu, Zaenal Afifi menekankan pentingnya membiasakan sikap toleran sejak hal-hal kecil.
“Toleransi adalah hal yang wajib dilakukan. Bisa dimulai dari hal sederhana, seperti menyapa atau mengajak berdiskusi. Dari situlah akan tumbuh kerukunan dan prestasi dalam keberagaman,” ujarnya.
Diskusi berlangsung interaktif dengan partisipasi aktif mahasiswa. Mereka tidak hanya mengajukan pertanyaan, tetapi juga berbagi pengalaman tentang keberagaman dan perbedaan yang pernah mereka alami.
Kegiatan OBSESA kali ini menjadi ruang bertukar pikiran yang inspiratif sekaligus mempererat hubungan antar mahasiswa lintas keyakinan. Kedua narasumber menegaskan, perbedaan bukanlah tembok pemisah, melainkan jembatan yang merajut persatuan. Keberagaman justru menjadi sarana untuk mengubah ketidaktahuan menjadi pemahaman, dan keasingan menjadi keakraban. (*)