KABUPATEN Blora merupakan daerah dengan kekayaan sumber daya alam (SDA) yang luar biasa. Sekitar separuh wilayahnya berupa hutan jati, yang dikenal menghasilkan kayu jati berkualitas terbaik, tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga dunia.
Selain kayu jati, Blora juga merupakan salah satu daerah penghasil minyak bumi. Terdapat lebih dari 300 sumur minyak tua yang masih aktif, serta kehadiran BUMN Pertamina dan BUMD Blora Patra Energi yang memperkuat posisi Blora sebagai wilayah penghasil energi.
Tak hanya SDA, sumber daya manusia (SDM) Blora juga memiliki kontribusi besar. Salah satu indikatornya adalah populasi sapi terbanyak se-Jawa Tengah. Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perikanan (Dinnakikan) setempat, pada tahun 2021 tercatat sebanyak 269.071 ekor sapi berada di wilayah ini. Jumlah tersebut menjadikan Blora sebagai lumbung ternak yang sangat potensial.
Di sektor pertanian, Blora juga tidak ketinggalan. Kabupaten ini dikenal sebagai salah satu lumbung pangan Jawa Tengah. Pada panen raya tahun 2024, varietas padi Mentik Susu berhasil menghasilkan produksi mencapai 5,1 ton beras per hektare. Capaian ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di Blora masih sangat produktif dan mendukung ketahanan pangan wilayah.
Sejak kepemimpinan Bupati Arief Rohman, sejumlah capaian strategis berhasil diraih. Pembangunan infrastruktur jalan dan perairan terus ditingkatkan. Selain itu, Blora juga berhasil meraih penghargaan Kabupaten Layak Anak (KLA), predikat kabupaten terbaik dalam pengentasan Anak Tidak Sekolah (ATS), serta prestasi besar sebagai kabupaten dengan status swasembada pangan.
Tidak hanya itu, Blora juga mendapat penghargaan bergengsi dalam ajang Central Java Investment Business Forum (CJIBF) 2025. Penghargaan ini diraih karena Blora sukses mencatatkan realisasi investasi tertinggi di Jawa Tengah pada periode 2023–2024. Capaian ini menunjukkan bahwa Blora semakin dilirik oleh investor dan dianggap sebagai daerah yang prospektif untuk pengembangan ekonomi.
Pada akhir Agustus lalu, Bupati Arief Rohman terbang ke Tiongkok untuk mewakili Indonesia dalam Organic Districts World Congress (ODWC). Keikutsertaannya atas izin resmi dari Menteri Dalam Negeri, Menteri Sekretaris Negara, dan Gubernur Jawa Tengah. Hebatnya lagi, seluruh biaya perjalanan dan akomodasi ditanggung oleh panitia penyelenggara dari IFOAM-Organics Asia. Kehadiran Bupati Blora di forum internasional tersebut menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat.
Namun di balik deretan prestasi tersebut, masih tersimpan catatan kelam yang belum mampu dihapus: sejak 2010 hingga kini, Blora masih menyandang status sebagai kabupaten termiskin di Jawa Tengah menurut data Badan Pusat Statistik (BPS). Pada periode kedua kepemimpinannya, masyarakat berharap Bupati Arief Rohman dengan didampingi Wakil Bupati Sri Setyorini mampu membawa perubahan nyata, termasuk memperbaiki indikator kemiskinan agar Blora segera lepas dari cap menyedihkan ini. Waktu masih ada, dan rakyat masih berharap. Masih cukup waktu, Mas Arief. (*)