Pada suatu hari yang cerah, saya berkesempatan bertemu dengan Pak Pinar, seorang pensiunan Kantor Pos yang kini menetap di Randublatung, Kabupaten Blora. Sebelum bertemu langsung, kami telah sepakat untuk bertemu di depan Kantor Pos Randublatung, tempat di mana Pak Pinar pernah mengabdi hingga tahun 2011.
Pertemuan kami bermula dari tujuan yang sama, yaitu ingin menemui salah satu kepala desa di daerah Randublatung. Namun, karena kepala desa tersebut sedang berada di luar kota, kami memutuskan untuk berkunjung ke rumah Pak Pinar yang jaraknya tak begitu jauh dari tujuan awal kami. Setibanya di sana, saya langsung disambut ramah dan dipersilakan duduk di ruang tamu.
Obrolan kami dengan cepat mengarah pada topik yang cukup familiar bagi kami berdua, yaitu Koran Diva. Tidak mengherankan, karena kami berdua sama-sama terlibat aktif di koran tersebut, meskipun saya lebih baru dibandingkan dengan Pak Pinar yang sudah lebih lama berkecimpung di sana.
Sebagai sosok yang lebih berpengalaman, Pak Pinar banyak berbagi cerita dan wawasan seputar bagaimana memperkenalkan dan memasarkan Koran Diva ke masyarakat agar bisa menjangkau lebih banyak pembaca.
Bagi Pak Pinar, keberadaan Koran Diva memiliki tempat istimewa selama media tersebut mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Di tengah era digital yang semakin maju, koran ini harus tetap menjadi penyedia informasi yang positif, edukatif, dan informatif bagi masyarakat.
Pesan penting ini begitu kuat disampaikan oleh Pak Pinar dalam setiap kalimatnya, menunjukkan betapa ia peduli dengan masa depan Koran Diva.
Pak Pinar mengapresiasi keberadaan Koran Diva yang tetap eksis dan bahkan berhasil menjadi pilihan masyarakat di beberapa daerah, berkat dedikasi orang-orang seperti dirinya yang secara konsisten memperkenalkan dan mempromosikan koran ini.
Banyak hal positif yang dibicarakan, mulai dari pentingnya kolaborasi dengan berbagai instansi hingga bagaimana menyajikan berita yang mendidik tanpa menimbulkan kontroversi atau keresahan di kalangan pembaca.
Tak hanya berbicara serius, suasana perbincangan kami di rumah Pak Pinar terasa semakin hangat dengan secangkir kopi dan roti sebagai teman ngobrol. Tawa ceria sesekali menghiasi percakapan kami yang tidak hanya diisi dengan diskusi seputar Koran Diva, tetapi juga obrolan ringan yang mengundang gelak tawa.
Salah satu pesan yang sangat melekat di benak saya adalah pentingnya menjaga profesionalitas dalam mengelola Koran Diva. Pak Pinar menekankan bahwa kolaborasi dengan instansi-instansi lain harus menjadi salah satu fokus ke depan, agar program-program yang dihasilkan lebih edukatif dan informatif bagi publik.
Mengakrabkan Koran Diva dengan masyarakat juga menjadi perhatian penting, karena sebuah media harus mampu memberikan dampak positif yang membuat pembacanya merasa bahagia dan terinspirasi, bukan malah menimbulkan perpecahan atau luka.
Ada pula hal-hal yang menurut Pak Pinar tidak perlu disentuh oleh Koran Diva, terutama jika hal tersebut sudah menjadi wewenang pihak lain. Koran Diva, lanjutnya, harus berorientasi pada masa depan, dengan membawa nilai-nilai pendidikan yang kaya dan bermakna.
Pesan ini terasa sangat relevan di tengah kondisi dunia yang terus berubah cepat, di mana peran media harus semakin adaptif namun tetap menjaga esensi edukasinya.
Di penghujung obrolan, saya merasa sangat beruntung bisa belajar banyak dari Pak Pinar. Tidak hanya tentang bagaimana cara memasarkan koran atau menghadapi tantangan era digital, tetapi juga tentang bagaimana media bisa menjadi sarana yang lebih dari sekadar penyampai informasi.
Koran, dalam pandangan Pak Pinar, adalah jembatan yang menghubungkan masyarakat dengan informasi yang bermutu, sekaligus menjadi penjaga nilai-nilai positif di tengah kehidupan yang semakin kompleks.
Pertemuan kami berakhir dengan perasaan yang hangat dan optimis terhadap masa depan Koran Diva. Pesan-pesan Pak Pinar akan selalu saya ingat, sebagai pedoman dalam melanjutkan langkah sebagai pegiat media di era yang serba digital ini.
_____
Rumah kayu, 21 September 2024.