Baret Gamal sebagai Upaya Percepat Deteksi Kesehatan Jiwa

Oleh: Andri Ananto, Amd Kep *)

merupakan permasalahan internasional yang apabila tidak dapat ditangani akan cenderung meningkat setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pada Tahun 2017 burden of disaese akibat penyakit jiwa adalah 2,463.29 per 100.000 penduduk.

Kementerian RI berkomitmen untuk memanusiakan Orang Dengan Gangguan Jiwa melalui transisi layanan kesehatan jiwa yang berfokus pada promotif dan preventif. Upaya preventif primer berorientasi pada kelompok masyarakat yang belum mengalami masalah maupun gangguan jiwa.

Dari data yang ada, di wilayah kerja sekarang ini terdapat pasien penyakit jiwa sebanyak 125 orang. Angka yang sudah perlu mendapat perhatian khusus dari .

Melihat jumlah yang terus bertambah, maka selain upaya pengobatan dan perawatan pasien yang ada, membuat untuk deteksi dini atau skrining kesehatan jiwa bagi anak sekolah dan masyarakat umum.

Baca Juga:  Kulakan Ilmu Pertanian, KTNA Blora Ikuti Rembug Utama di Tabanan Bali

Sebagai upaya deteksi dini, Puskesmas Randublatung menempatkan “barcode” di masing-masing sekolah untuk mendapatkan data kejiwaan murid-murid di sekolah SLTP dan SLTA yang ada.

Barcode ini berisi kuisioner skrining deteksi dini masalah mental emosional meliputi data diri, dan 20 pertanyaan yang mengindikasikan ada tidaknya gangguan mental emosional pada seseorang.

Skrining kesehatan jiwa yang dilakukan adalah sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang bertujuan mendeteksi dini siswa siswi yang mengalami masalah kesehatan agar segera mendapatkan penanganan sedini mungkin untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Dalam sebuah kegiatan mini lokakarya lintas sektoral yang digelar oleh Puskesmas Randublatung pada Januari 2024 lalu, penempatan barcode di sekolah-sekolah menjadi materi pembahasan menarik. Pendataan kesehatan siswa yang sebelumnya menggunakan kertas formulir sekarang bisa di-entry melalui aplikasi komputer atau HP android.

Inovasi yang belum diterapkan oleh Puskesmas lain ini mendapat dukungan banyak pihak, khususnya Forkompincam karena selain tidak menggunakan kertas (paper les), data kesehatan jiwa bisa cepat sampai ke tim kesehatan sehingga penanganan bisa lebih cepat. Dan, peserta rapat sepakat memberikan nama pada inovasi baru itu “BARET GAMAL” yang merupakan kependekan dari Barcode Gangguan Mental Emosional.

Baca Juga:  Bersama Habib Syech dari Surakarta, Kwaran Pramuka Cepu Ikut Bersholawat Lewat Zoom

Selain kegiatan deteksi dini belum maksimal, di era serba digital sekarang ini segala aspek kehidupan tidak bisa terpisahkan dengan teknologi. Sejalan dengan hal itu, maka bidang pelayanan kesehatan pun dituntut bisa mengikuti perkembangan teknologi.

Semua komponen perlu berbenah dengan memaksimalkan teknologi informasi atau IT guna mencapai efektivitas dan efesiansi sumber daya. Hal itulah yang menginisiasi saya membuat pencatatan secara digital yang sekarang diberi nama “BARET GAMAL”. (*).
——————-
*) Penulis adalah karyawan di Puskesmas Randublatung, Kabupaten yang bertugas sebagai Penanggung Jawab Kesehatan Jiwa.